طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ #menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim# اطْلُبُوْا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ #tuntutlah ilmu walau hingga ke negeri Cina#

Kamis, 25 September 2014

Si Reot Penghubung Kepedulian Kita

Jembatan besi berlapis seng itu beberapa kali ditambal. Lalu lalang kendaran roda dua makin menambah rapuhnya fasilitas penghubung jalan utama dan kampung penduduk itu. Tadinya masyarakat bergilirian membenahi lubang-lubang kecil yang menganga di sepanjang jembatan. Apa boleh buat pikir mereka, dari pada roda motor mereka harus oleng tergelincir lubang jembatan. Di kolong jembatan, aliran Ciapus bisa saja menghanyutkan warga yang apes terjatuh dari atas jembatan tersebut, meski belum pernah terjadi, tapi mereka patut siaga kalau-kalau naas menimpa mereka.


Aneh memang, kurang dari 50 m berseberangan, jembatan lain yang lebih megah berdiri kokoh. Berhias bendera berwarna-warni, umbul-umbul tawaran diskon dan tarif makan murah bergantungan di kanan dan kiri jembatan seberang nan megah itu. Tapi sayang, masyarakat kampung tak bebas lalu lalang dan menggunakan fasilitas penghubung ini, meski jembatan kokoh itu bisa saja jadi alternatif lain bagi warga kampung untuk menyeberangi Ciapus, selain jembatan kampung yang telah reot rupanya. Jembatan nan kokoh itu, meski lebih kuat, aman dan nyaman untuk dilewati, namun ia bukanlah fasilitas umum. Jembatan kokoh tersebut khusus diperuntukan bagi pelanggan salah satu lokasi makan dan sekaligus wisata kenamaan di daerah Bogor. Sudah bisa dipastikan, hanya mereka para pengendara roda empat yang bisa menyambanginya.


Lebar jembatan reot warga Kampung Cadas tidak lebih  dari setengah meter saja; jika lalu lalang padat di atasnya, maka warga kampung terpaksa mengantri menunggu giliran lewat, baik pejalan kaki maupun pengendara roda dua. Tapi kita harus sabar pada irama klakson yang berderu-deru ketika kita menyebrang. Dan pastinya sangat diskriminatif bagi pejalan kaki yang melintas, sebab mengharuskan mereka melintas secepat kilat agar roda dua lain bisa segera menyerang. Berbeda halnya dengan jembatan wisata seberang nan megah. Ia bahkan tidak digunakan sebagaimana mestinya. Jembatan kokoh ini beralih fungsi bukan lagi menjadi penghubung jalan utama dan tempat wisata itu. Tapi ia hanya menjadi objek potret dan fose selfie para pelancongnya, yaitu para wisatawan yang terkesima dengan view wisata perkampungan sepanjang aliran Ciapus. Miris, inilah gap yang begitu nyata.
Warga Kampung Cadas hanya beberapa gelintir saja yang sadar akan keamanan fasilitas penghubung kampung mereka itu. Beberapa warga berganti-gantian membenahi jembatan reot ini. Sedang yang lain bak raja yang menunggu hasil dan tinggal leluasa menggunakan fasilitas yang telah terbenahi. Akibatnya, segelintir warga yang sadar tadi jadi malas dan enggan berkontribusi lagi, sebab yang lain hanya tinggal nunggu hasil. Akhirnya, hingga awal tahun 2014 kemarin, kondisi jembatan reot warga Cadas belum juga rampung terbenahi.


Merasa terpanggil akan kondisi ini, beberapa mahasiswa yang peduli pada Kampung Cadas pun bergerak cepat. Lokasi kampus yang berjarak beberapa meter dari tempat wisata dan Kampung Cadas menjadi alasan kepedulian kami. Awalnya satu per satu aktivis kampus datang untuk berdiskusi dengan ketua RT Kampung Cadas untuk menggelar gotong-royong dan pembenahan kondisi jembatan utama warga kampung tersebut. Namun, setelah lama berdiskusi, masalah utama yang masih mengganjal tindakan lebih lanjut ialah sumber dana perbaikan jembatan. Ide yang coba ditawarkan mahasiswa ternyata belum bisa sepenuhnya diterima. Pasalnya, kami menyarankan untuk patungan bersama. Dengan harapan jembatan ini menjadi jembatan swadana dan swadaya masyarakat setempat bersama mahasiswa-mahasiswa yang peduli. Hmmm… usulan ini tak langsung diterima bulat oleh ketua RT.


Tak ingin berlama-lama larut dalam diskusi tanpa solusi, akhirnya mahasiswa-mahasiswa di kampuslah yang gencar memikirkan jalan keluar untuk perbaikan jembatan Kampung Cadas tersebut. Sebab, jika tidak cepat melakukan perbaikan pada jembatan ini, kondisinya akan makin parah. Ditambah lagi di awal tahun, Bogor selalu diguyur musim penghujan yang akan menambah parah kondisi jembatan. Tiupan angin kencang bisa saja sesekali menerbangkan seng-seng pelapis jembatan. Atau derasnya aliran Ciapus memporak-porandakan besi-besi penopang yang mulai rapuh dimakan waktu. Hal ini benar-benar memprihatinkan. Akhirnya para mahasiswa sepakat untuk menggelar patungan bersama di kampus bagi perbaikan jembatan Kampung Cadas. Umbul-umbul bertuliskan “salurkan kepedulian teman-teman semua untuk warga Kampung Cadas” berjejer di mading-mading kampus dan banner-banner BEM. Nampaknya upaya ini belum cukup. Beberapa kelompok mahasiswa yang tergabung dalam Kampus Mengajar juga turut bergiliran menyambangi kelas-kelas untuk menjelaskan bagaimana kondisi tragis Jembatan Kampung Cadas di sekitar kampus, yang tentunya akan menjadi halangan besar bagi anak-anak yang akan belajar ke sekolah. Kerja sama dibangun apik oleh hampir seluruh elemen mahasiswa di kampus. Ternyata gerakan kecil ini sampai di hati para pendiri yayasan kampus. Upaya kepedulian sederhana dari para mahasiswa dianggap sebagai teguran lembut manajemen yayasan.


Akhirnya melalui salah satu unit sosial yayasan kampus, yaitu Baitu Mal (Baitul Mal wa Tamwil; lembaga pengumpulan dana sedekah, sukarela dan zakat sosial untuk amal kebaikan) bersedia mem-back up semua kekurangan dana. Bahkan pihak yayasan menawarkan untuk menyumbang dalam bentuk fisik pembangunan; mulai dari besi, seng, kawat, cat, batu-batuan, dan semen. Tentu tawaran ini langsung disambut baik oleh para penggerak di kampus.


Setelah berdiskusi panjang dengan ketua RT setempat dan warga, akhirnya mereka sepakat menyumbang tenaga dalam perbaikan teknis jembatan. Yayasan kampus melalui BMT juga bersedia menyediakan segala keperluan bahan-bahan pembangunan dan perbaikan jembatan. Serta mahasiswa dengan penuh kesiapan menerima tawaran untuk memantau jalannya perbaikan tersebut.


Benar saja, kebersamaan ini akhirnya menjadi panggilan bagi pihak lokasi pariwisata yang telah lama berseberangan lokasi dengan Kampung Cadas. Pihak pengelola tempat wisata merasa terpanggil sebab turut membaca umbul-umbul mahasiswa mengenai kondisi menyedihkan jembatan Kampung Cadas yang menjadi fasilitas penyebrangan utama warganya. Dengan penuh kerelaan dan menunjukkan rasa empati tinggi, pengelola wisata akhirnya berdiskusi dengan yayasan kampus melalui BMT untuk bersedia kontributif pada perbaikan jembatan Kampung Cadas. Pihak pengelola wisata di sebarang Kampung Cadas bersedia mengganti seluruh biaya yang dikeluarkan BMT yayasan sebagai wujud kepedulian mereka akan kondisi masyarakat Kampung Cadas. Sebab bagi pihak pengelola wisata tersebut, Kampung Cadas adalah salah satu diferensiasi yang mereka jargonkan kepada para pelancong mereka sebagai view menarik di kawasan wisata yang mereka kelola selama ini, dan menjadi kekuatan marketing utama mereka.


Alhamdulillah, April tahun 2014 kemarin si reot sudah terbenahi dan menjadi fasilitas utama warga kampung Cadas untuk beraktivitas. Ternyata si reot tidak hanya mampu menghubungkan jalan utama dan Kampung Cadas, tetapi juga mempu menghubungkan kepedulian dan kebersamaan yang selama ini hampir terkikis dari dalam diri kita semua. Semoga kepedulian dan kebersamaan kita untuk perubahan yang lebih baik akan semakin tumbuh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar