طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ #menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim# اطْلُبُوْا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ #tuntutlah ilmu walau hingga ke negeri Cina#

Kamis, 25 September 2014

Kinerja Keuangan BUMN


Total aset yang dikelola BUMN mencapai 2 (dua) kali APBN Indonesia yang belanjanya mencapai Rp1.435 Triliun. 147 BUMN yang ada di Indonesia sejak 2010 mengelola aset sebesar Rp2.513,1 Triliun, pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp2.969,1 Triliun kemudian di posisi per 31 Desember 2012 aset yang dikelola BUMN bernilai Rp3.550,5 Triliun. Selain aset yang diungkapkan pada neraca, BUMN juga mengelola aset yang belum dinyatakan dalam laporan keuangan, yaitu berupa Bantuan Pemerintah yang Belum Ditetapkan Statusnya (BPYDS). Pada tahun 2010, BPYDS pada BUMN bernilai Rp47,5 Triliun yang kemudian pada tahun 2011 turun menjadi  Rp42,6 Triliun dan kemudian turun kembali menjadi senilai Rp36,5 Triliun (Djazuli, 2014).

Pada tahun 2010, 2011, dan 2012 secara umum BUMN berhasil membukukan keuntungan. Pada tahun 2010 dari 145 BUMN yang dimiliki negara, sebanyak 126 BUMN atau sekitar 86,9% berhasil membukukan laba. Nilai laba yang diperoleh oleh 126 BUMN tersebut yaitu mencapai Rp100,8 Triliun sedangkan nilai kerugian yang diderita oleh 19 BUMN lainnya mencapai Rp1,9 Triliun  sehingga laba bersih yang dibukukan oleh BUMN pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp98,1 Triliun. Nilai laba yang diperoleh tersebut, jika dibandingkan degan total aset yang dimilikinya maka diperoleh Return on Investment (ROI) secara agregat sebesar 3,93%. Kinerja keuangan BUMN cenderung menurun pada tahun 2011 jika dibandingkan dengan kinerja keuangannya pada tahun 2010. Hanya 119 BUMN yang membukukan laba dari sekitar 144 BUMN yang ada atau hanya sebesar 82,6% BUMN yang membukukan keuntungan dari keseluruhan total BUMN pada tahun 2011. Nilai moneter keuntungan yang diperoleh oleh 119 BUMN tersebut hanya mencapai Rp116,1 Triliun, sedangkan 25 BUMN lainnya membukukan kerugian dengan nilai mencapai Rp3,7 Triliun. Sehingga keuntungan bersih yang diperoleh oleh 144 BUMN secara keseluruhan pada tahun 2011 hanya mencapai Rp112,4 Triliun atau nilai ROI yang dicapai adalah setara dengan 3,79% (Djazuli, 2014).

Kinerja keuangan BUMN meningkat pada tahun 2012. Dari 143 BUMN yang ada pada tahun itu, tercatat 124 BUMN berhasil membukukan laba dengan persentase sebesar 86,7%. Nilai moneter keuntungan yang berhasil dicapai BUMN tersebut adalah sebesar Rp143,1 Triliun. Kerugian yang dialami oleh 19 BUMN lainnya pada tahun yang sama adalah sebesar Rp2,2 Triliun sehingga keuntungan bersih yang dikumpulkan oleh BUMN secara keseluruhan yaitu mencapai Rp140,8 Triliun atau setara dengan ROI sebesar 3,97% dan meningkat jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya (Djazuli, 2014).

Selama tahun 2010 hingga 2012, BUMN telah memberikan masukan bagi negara berupa dividen sebesar Rp28,3 Triliun pada tahun 2010. Namun, di tahun 2011 dividen yang dibagikan BUMN pada negara mengalami penurunan menjadi sebesar Rp26,2 Triliun. Kemudian di tahun 2012 dividen yang diserahkan BUMN pada negara kembali meningkat menjadi senilai Rp30,3 Triliun. Porsi sumber dividen terbesar disumbangkan oleh PT Pertamina yang kontribusinya mencapai 33,57% pada periode 2010, 21,43% pada tahun 2011 dan 23,92% di tahun 2012 (IHPS BPK, 2013).


Beberapa BUMN di Indonesia memiliki anak perusahaan. Adanya anak perusahaan pada BUMN menyebabkan transaksi yang dijalankan BUMN akan semakin rumit sebab memerlukan laporan konsolidasi bersama induk perusahaannya. Transaksi yang semakin kompleks pada perusahaan dengan sistem induk-anak ini memungkinkan terjadinya penyimpangan dan kecurangan, sehingga kontrol atau pengawasan diperlukan dalam mencegah kecurangan yang berpotensi menimbulkan indikasi kerugian keuangan negara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar