Hari ini saya hanya ingin berbagi cerita. Sebenarnya cerita tentang mengapa tadi saya merasa begitu senang sepulang dari kampus. Tapi saya ingatkan ya, kalau ini bukan cerpen atau cerita fiktif lainnya, ini pure cerita saya tadi siang. Jadi, jika ada diksi yang dirasa begitu memaksa, mohon maafkan saja. :)
Cerita bermula ketika saya masuk lorong kampus, ya, tepat di lorong loker sepatu mahasiswa. Di kampus kami, diwajibkan seluruh mahasiswa mencopot sepatunya dan meletakkan di loker masing-masing lalu kuliah hanya beralaskan kaos kaki. So, sebagus apapun sepatu yang teman-teman gunakan akhirnya ketika di lorong kampus, ya kudu dicopot juga. Tapi, bukan ini inti cerita yang ingin saya uraikan, saya hanya memberi alasan mengapa saya saat itu berdiri di lorong kampus.
Saya mencopot sepatu saya dan meletakkan di loker bernomor 43, karena di sana saya biasa meletakkan crocs yang saya pakai. Setelah loker itu saya tutup kembali, saya tidak mencemaskan jam kuliah, karena kelas saya telah berakhir tadi pukul 9.30 wib, selebihnya waktu bebas. Selepas kelas tadi, saya keluar kampus untuk membeli minum dan kembali lagi ke kampus, niatnya langsung ingin ke lobby kampus.
Saya langsung sigap melangkah ke lobby untuk mengurus beberapa tugas saya yang belum rampung, berkaitan dengan kepanitian DINAR (Days of Islamic Economics Revival/kompetisi ekonomi Islam Nasional tahunan yang dihelat Tazkia group, khususnya STEI Tazkia) bulan Maret kemarin. Lobby begitu nyaman untuk penyelesaian tugas singkat begini karena di sana adalah lokasi free internet access.
ketika menuju lobby saya berbarengan dengan seorang kakak. Wajahnya begitu familiar, namun saya tidak begitu ingat siapa dia. Seutas senyum dia lemparkan, dan ya, saya membalasnya. Seketika itu juga kedua mata saya tertuju pada penampilannya yang subhanallah. Beliau mengenakan jilbab rapih menutup dada, berwarna cokelat muda, baju muslimah bertangan panjang berwarna cream dan rok yang berwarna cokelat muda, di pundaknya membawa ransel, berkaos kaki cream bergaris. Saya mencoba mengingat siapa kakak ini. tapi, saya berusaha cuek, karena tidak begitu mengenal beliau "mungkin kakak semester atas yang sedang sibuk mengurus berkas-berkas karena akan persiapan kelulusan" itulah yang terpikir di benak saya.
Ruang lobby sudah tampak di depan, ada banyak mahasiswa selonjoran di sana sibuk dengan laptopnya masing-masing. Mata saya keluyuran mencari sisi mana yang masih kosong agar saya bisa senderan di dinding dan dekat colokan listrik. Mata saya tertuju ke sisi persis dekat meja informasi dan security. "Asiiikk" lega masih ada tempat kosong.
Tapi, kemudian pandangan saya kembali tertuju kepada kakak yang sedari tadi berjalan beriring bersama saya, namun sedikit berseberangan. Ia tampaknya tidak berniat menuju lobby karena ketika di sisi tangga kampus ke lantai dua, beliau langsung menjuruskan matanya ke ruang lantai 2 yang terlihat dari lantai dasar lobby kampus. "mungkin mencari dosen" fikir saya saat itu. Dan tiba-tiba kakak ini menghentikan langkahnya, karena jeritan dan panggilan histeris kakak-kakak lain (mahsw" smst 7). Mereka meneriakan nama yang begitu familiar di telianga saya, "Kak Aissss" panggil kak Udis dari lobby kampus, disusul beberapa kakak tingkat yang lain yang saya kenal baik. Ada Kak Udis anak manajemen pemasaran Islam (smtr 7) , Kak Echi dengan jurusan dan smtr yang sama dengan Kak Udis, Kak Melvina (angkatan akhir, Ekonomi Islam sudah kelulusan, tinggal nunggu wisuda. Sekarang beliau ikut tim Tazkia Microfinance bolak-balik Jakarta-Lombok untuk melakukan sosialisasi dan pengajaran terkait Islamic microfinance, karena Tuan Guru Bajang, Gubernur NTB, lulusan Mesir itu, yang begitu menaruh perhatian besar terhadap UMKM syariah yang ingin dikembangkan di daerah pimpinannya. Kemarin kak Melvin pun ikut dalam rombongan Pak Syafii yang diminta present tentang Islamic microfinance di Kedubes RI di London, Inggris). Kak Rinti (Akuntansi Islam angk 7). Serta beberapa kakak-kakak cowok yang tidak se-histeris mereka, namun turut mendekat ke arah kakak misterius "tadi", hehe. Ada Kak Fian (Ekonomi Islam angk 7) dan Kak Siddiq (Manajemen Pemasaran Islam ankt 7). Ya, mereka semua adalah aktivis PROGRES (Pelopor Gerakan Ekonomi Syariah) di Kampus. Organisasi populer setingkat BSO (Badan Semi Otonom) yang telah mencetak beragam prestasi nasional dan Internasional di bidang Ekonomi Islam dan Bisnis Islam.Bahkan penyaringan anggotanya pun tidak mudah, dimulai dari tulis esai ekonomi islam, wawancara, basic leadership training di Cibodas dan bahkan pengukuhan di Curuk. Semua itu dilakukan untuk menyaring anggota-anggota terbaik yang berkarakter (itu yg sering dijargonkan) organisasi yang begitu mentereng di kampus ini. Bahkan Bapak Muhammad Syafii Antonio selaku ketua di Kampus ini selalu mengelu-elukan organisasi yang terus membantunya mengibarkan Ekonomi Syariah ini. Formulir yang terkadang masuk ketika open recruitment PROGRESS selalu full dan membuat panitianya kewalahan.
Mereka berkumpul begitu hangat, bercerita tertawa dan menceritakan saat-saat lucu mereka ketika semester bawah dan aktif di organisasi itu. Saya pun tertarik menguping topik apa yang sedang mereka perbincangkan. Kak Echi mengajak saya bergabung untuk berbincang, karena dia tahu kalau saya adalah anggota PROGRESS tingkat bawah juga. Saya hanya mengangguk dan sedikit mendekat serta melempar senyum ke arah kakak "tadi" yang menjadi pusat tanya-jawab kakak2 lain. Beliau tampak begitu bingung melayani satu-satu pertanyaan kakak tingkat saya yang berlomba-lomba berbincang dengannya. Terlintas dalam benak saya,"kenapa kakak ini begitu istimewa?" rasa penasaran saya semakin membuncah ketika tahu bahwa dia ke kampus untuk berpamitan. "Kemana?" fikir saya. Lama mengikuti perbincangan saya pun mengerti bahwa ia adalah kakak tingkat yang sudah di wisuda bulan Oktober 2011 kemarin. "ohhh, ini kakak sesepuh". Di kampus, kakak tingkat satu organisasi yang sudah diwisuda dan menyempatkan maen ke kampus sering dipanggil "kakak sepuh".
Tiba-tiba, dari lantai dua, terlihat kepala Bu Khomsah (ketua akademik kampus yang juga dosen tetap Akuntansi Islam) nongol dari atas dan tampak memanggil kakak tadi serta memintanya naik. Kakak "tadi" pun meminta diri dan berpelukan dengan satu-satu adik tingkatnya (kakak tingkat saya) yang sedari tadi mengelilinginya untuk bertanya dan bercerita ini-itu. Tentu ia tidak memeluk kakak yang cowok, ya. hahaha ia hanya berpesen "semangattt! ya belajarnya", kemudian diakhiri senyum. Ia kembali melempar senyum yang lebih lebar pada saya, mungkin karena tahu kalau saya adalah anggota PROGRESS juga . Beliau pun melangkah menemui Bu Khomsah.
Selepas dia pergi, saya pun tak mau ketinggalan dan bertanya, siapa kakak misterius tadi. Semua kakak tingkat berkomentar mengenai beliau, ada yang bilang dia adalah mahasiswa yang selalu aktif dikegiatan kemahasiswaan terutama PROGRESS serta senior yang baik. Ada yang bilang beliau mahasiswi terbaik Akuntansi Islam yang merupakan jurusan yang sekarang sedang saya geluti. Ada yang bilang beliau mahasiswa emas departemen akuntansi Islam, dan tak ada dosen yang tak kenal beliau. Ada juga yang mengomentari bahasa Inggris beliau yang begitu fasih. Yang lebih mengejutkan ketika kakak-kakak ini berbarengan bercerita tentang "Kak Ais adalah sosok yang begitu sederhana" mereka bercerita bahwa ia (Kak Ais) begitu kebingungan, masalahnya sebelum peresmian kelulusannya (wisuda) ia sudah ditawari bekerja di PriceWaterCoopers (perusahaan akuntan publik Malaysia) karena surat lamaran yang beliau submit. Ada yang mengatakan beliau dimita oracle untuk bergabung dengan perusahaan softwere itu di bidang accounting information system. Namun, beliau pun sudah tanda tangan kontrak dengan PT CIMB Niaga Malaysia untuk bekerja di sana, yang mulai berlaku setelah beliau menyelesaikan pendidikannya di Monash University. Tapi beliau tadi sedikit menyesalkan katanya menanggapi pertanyaan kakak tingkat mengenai konsentrasi bidang, karena beasiswa yang beliau ajukan goal di Business Administration. Sehingga gelar S.E.I (Sarjana Ekonomi Islam) beliau akan ditemani oleh M.B.A (Master of Business Administration) dua tahun lagi. Padahal katanya, beliau begitu mengidam-idamkan untuk meneruskan gelar akuntansinya. Tapi, sekali lagi "Allah yang atur" itu yang beliau sempat ucapkan "jadi insyallah yang terbaik, dek" Dan ternyata beliau pun akan disokong biaya selama kuliah S2 untuk mencukupi hidupnya disana oleh calon perusahaan yang telah melakukan kontrak kerja dengan beliau. Perusahaan itu (PT CIMB Niaga ) kabarnya akan melakukan pelebaran bidang syariah di Malaysia. "Selama di negeri orang, banyak yang harus disiapkan, dek". Kata beliau dengan bersahaja, yang masih terlintas diingatanku sesaatAsebelum beliau pergi.
Kak Udis berbisik padaku, bahwa selama Kak Ais bercerita, kak Udis mendengar sekaligus berdoa dalam hati kalau saja Kak Ais adalah calon kakak iparnya, setidaknya kaka ipar idamannya kelak bolehlah beda tipis dengan kak Ais, aku pun terbahak mendengarnya. Kak Echi pun mengatakan bahwa angkatan saya (angkt 10, "Cordova") termasuk kurang beruntung karena tidak menyaksikan sendiri perjuangan Kak Ais selama kuliah. Sayangnya saat itu kami masih menjalani matrikulasi asrama di Bogor dan belum memiliki akses yang banyak dengan kakak-kakak tingkat atas di Sentul.
Tapi, Kak Ais pun tampaknya kurang beruntung. Karena beliau gagal menyabet gelar "Best Student" kampus, yang menghadiahi setiap penyabetnya untuk berkunjung ke baitullah, karena dapet service umrah gratis dari Tazkia Tour & Travel, entitas usaha Tazkia Group, Binaan Pak Syafii juga. Pasalnya gelar itu lebih dulu disabet oleh Kak Hilman Fauzi Nugraha, S.E.I, (mahas Ekonomi Islam) karena terpaut beberapa koma dengan Kak Ais (mahasw Akuntansi Islam). Kak Hilman sekarang sibuk sebagai research assistant di IRTI IDB (Islamic Development Bank) yang digelutinya semenjak aktif di MES (Masyarakat Ekonomi Syariah). Beliau pun sempat kewalahan karena penelitian beliau jaman kuliah dulu baru mendapat calling Bank Indonesia terkait FRPS (Forum Risset Perbankan Syariah) di Makassar, tepat setelah beliau diwisuda sebagi sarjana. Jadilah Kak Hilman menjelaskan kalau dia bukan mahasiswa lagi, namun akhirnya tetap dipanggil untuk meraih penghargaan di Makassar. Beliau pun berencana sedang mengajukan beasiswa S2 di IIUM (Internasional Islamic University Malaysia)setelah menikah, gosipnya. hehe. Nama Kak Ais tidak begitu bersinar dibanding Kak Hilman, mungkin salah satunya karena hal itu.
Tapi, dari selembar pengalaman ini. Saya merasa seakan dicubit Allah dan diingatkan bahwa "You Should be Like Her. Learn More and try more, grab yours!..." itulah seakan yang dibisikkan Allah pada saya. Berawal dari pertemuan di lorong kampus hingga berakhir dengan rasa kagum yang tiada tara pada sosok sederhana nan hebat. Yang kalau dibandingkan saya "Apalah saya sekarang?, ilmu masih cetek, pengetahuan sedikit," tapi, saya harus bersemangat, seperti pesan Kak Ais tadi, "selalu ada jalan untuk setiap tetes keringat dan jerih payah". Semoga Allah melancarkan pendidikan S2 kak Ais di sana dan mengabdi dengan baik di PT CIMB Niaga Malay, dan semoga ada angin yang bakal membawanya untuk kembali ke Indonesia. Setidaknya jodohnya harus orang Indonesia, hehe.. Kalau sampai dia mendapat orang Malaysia atau Australia, yaa alamat deh beliau akan menjadi penduduk sana. Dan semoga ya semoga..saya bisa mendapat kesempatan jumpa dengan beliau lagi dilain kesempatan...aaamiiinn :)
Jadi, itulah sedikit pengalaman saya, semoga bisa diambil hikmahnya. Tiada tujuan lain, selain menjadi motivasi diri saya. Wallahualam.. :)
Syukron..
wassalam
"if you put Allah in the 1st, you will never be the Last" :)
Cerita bermula ketika saya masuk lorong kampus, ya, tepat di lorong loker sepatu mahasiswa. Di kampus kami, diwajibkan seluruh mahasiswa mencopot sepatunya dan meletakkan di loker masing-masing lalu kuliah hanya beralaskan kaos kaki. So, sebagus apapun sepatu yang teman-teman gunakan akhirnya ketika di lorong kampus, ya kudu dicopot juga. Tapi, bukan ini inti cerita yang ingin saya uraikan, saya hanya memberi alasan mengapa saya saat itu berdiri di lorong kampus.
Saya mencopot sepatu saya dan meletakkan di loker bernomor 43, karena di sana saya biasa meletakkan crocs yang saya pakai. Setelah loker itu saya tutup kembali, saya tidak mencemaskan jam kuliah, karena kelas saya telah berakhir tadi pukul 9.30 wib, selebihnya waktu bebas. Selepas kelas tadi, saya keluar kampus untuk membeli minum dan kembali lagi ke kampus, niatnya langsung ingin ke lobby kampus.
Saya langsung sigap melangkah ke lobby untuk mengurus beberapa tugas saya yang belum rampung, berkaitan dengan kepanitian DINAR (Days of Islamic Economics Revival/kompetisi ekonomi Islam Nasional tahunan yang dihelat Tazkia group, khususnya STEI Tazkia) bulan Maret kemarin. Lobby begitu nyaman untuk penyelesaian tugas singkat begini karena di sana adalah lokasi free internet access.
ketika menuju lobby saya berbarengan dengan seorang kakak. Wajahnya begitu familiar, namun saya tidak begitu ingat siapa dia. Seutas senyum dia lemparkan, dan ya, saya membalasnya. Seketika itu juga kedua mata saya tertuju pada penampilannya yang subhanallah. Beliau mengenakan jilbab rapih menutup dada, berwarna cokelat muda, baju muslimah bertangan panjang berwarna cream dan rok yang berwarna cokelat muda, di pundaknya membawa ransel, berkaos kaki cream bergaris. Saya mencoba mengingat siapa kakak ini. tapi, saya berusaha cuek, karena tidak begitu mengenal beliau "mungkin kakak semester atas yang sedang sibuk mengurus berkas-berkas karena akan persiapan kelulusan" itulah yang terpikir di benak saya.
Ruang lobby sudah tampak di depan, ada banyak mahasiswa selonjoran di sana sibuk dengan laptopnya masing-masing. Mata saya keluyuran mencari sisi mana yang masih kosong agar saya bisa senderan di dinding dan dekat colokan listrik. Mata saya tertuju ke sisi persis dekat meja informasi dan security. "Asiiikk" lega masih ada tempat kosong.
Tapi, kemudian pandangan saya kembali tertuju kepada kakak yang sedari tadi berjalan beriring bersama saya, namun sedikit berseberangan. Ia tampaknya tidak berniat menuju lobby karena ketika di sisi tangga kampus ke lantai dua, beliau langsung menjuruskan matanya ke ruang lantai 2 yang terlihat dari lantai dasar lobby kampus. "mungkin mencari dosen" fikir saya saat itu. Dan tiba-tiba kakak ini menghentikan langkahnya, karena jeritan dan panggilan histeris kakak-kakak lain (mahsw" smst 7). Mereka meneriakan nama yang begitu familiar di telianga saya, "Kak Aissss" panggil kak Udis dari lobby kampus, disusul beberapa kakak tingkat yang lain yang saya kenal baik. Ada Kak Udis anak manajemen pemasaran Islam (smtr 7) , Kak Echi dengan jurusan dan smtr yang sama dengan Kak Udis, Kak Melvina (angkatan akhir, Ekonomi Islam sudah kelulusan, tinggal nunggu wisuda. Sekarang beliau ikut tim Tazkia Microfinance bolak-balik Jakarta-Lombok untuk melakukan sosialisasi dan pengajaran terkait Islamic microfinance, karena Tuan Guru Bajang, Gubernur NTB, lulusan Mesir itu, yang begitu menaruh perhatian besar terhadap UMKM syariah yang ingin dikembangkan di daerah pimpinannya. Kemarin kak Melvin pun ikut dalam rombongan Pak Syafii yang diminta present tentang Islamic microfinance di Kedubes RI di London, Inggris). Kak Rinti (Akuntansi Islam angk 7). Serta beberapa kakak-kakak cowok yang tidak se-histeris mereka, namun turut mendekat ke arah kakak misterius "tadi", hehe. Ada Kak Fian (Ekonomi Islam angk 7) dan Kak Siddiq (Manajemen Pemasaran Islam ankt 7). Ya, mereka semua adalah aktivis PROGRES (Pelopor Gerakan Ekonomi Syariah) di Kampus. Organisasi populer setingkat BSO (Badan Semi Otonom) yang telah mencetak beragam prestasi nasional dan Internasional di bidang Ekonomi Islam dan Bisnis Islam.Bahkan penyaringan anggotanya pun tidak mudah, dimulai dari tulis esai ekonomi islam, wawancara, basic leadership training di Cibodas dan bahkan pengukuhan di Curuk. Semua itu dilakukan untuk menyaring anggota-anggota terbaik yang berkarakter (itu yg sering dijargonkan) organisasi yang begitu mentereng di kampus ini. Bahkan Bapak Muhammad Syafii Antonio selaku ketua di Kampus ini selalu mengelu-elukan organisasi yang terus membantunya mengibarkan Ekonomi Syariah ini. Formulir yang terkadang masuk ketika open recruitment PROGRESS selalu full dan membuat panitianya kewalahan.
Mereka berkumpul begitu hangat, bercerita tertawa dan menceritakan saat-saat lucu mereka ketika semester bawah dan aktif di organisasi itu. Saya pun tertarik menguping topik apa yang sedang mereka perbincangkan. Kak Echi mengajak saya bergabung untuk berbincang, karena dia tahu kalau saya adalah anggota PROGRESS tingkat bawah juga. Saya hanya mengangguk dan sedikit mendekat serta melempar senyum ke arah kakak "tadi" yang menjadi pusat tanya-jawab kakak2 lain. Beliau tampak begitu bingung melayani satu-satu pertanyaan kakak tingkat saya yang berlomba-lomba berbincang dengannya. Terlintas dalam benak saya,"kenapa kakak ini begitu istimewa?" rasa penasaran saya semakin membuncah ketika tahu bahwa dia ke kampus untuk berpamitan. "Kemana?" fikir saya. Lama mengikuti perbincangan saya pun mengerti bahwa ia adalah kakak tingkat yang sudah di wisuda bulan Oktober 2011 kemarin. "ohhh, ini kakak sesepuh". Di kampus, kakak tingkat satu organisasi yang sudah diwisuda dan menyempatkan maen ke kampus sering dipanggil "kakak sepuh".
Tiba-tiba, dari lantai dua, terlihat kepala Bu Khomsah (ketua akademik kampus yang juga dosen tetap Akuntansi Islam) nongol dari atas dan tampak memanggil kakak tadi serta memintanya naik. Kakak "tadi" pun meminta diri dan berpelukan dengan satu-satu adik tingkatnya (kakak tingkat saya) yang sedari tadi mengelilinginya untuk bertanya dan bercerita ini-itu. Tentu ia tidak memeluk kakak yang cowok, ya. hahaha ia hanya berpesen "semangattt! ya belajarnya", kemudian diakhiri senyum. Ia kembali melempar senyum yang lebih lebar pada saya, mungkin karena tahu kalau saya adalah anggota PROGRESS juga . Beliau pun melangkah menemui Bu Khomsah.
Selepas dia pergi, saya pun tak mau ketinggalan dan bertanya, siapa kakak misterius tadi. Semua kakak tingkat berkomentar mengenai beliau, ada yang bilang dia adalah mahasiswa yang selalu aktif dikegiatan kemahasiswaan terutama PROGRESS serta senior yang baik. Ada yang bilang beliau mahasiswi terbaik Akuntansi Islam yang merupakan jurusan yang sekarang sedang saya geluti. Ada yang bilang beliau mahasiswa emas departemen akuntansi Islam, dan tak ada dosen yang tak kenal beliau. Ada juga yang mengomentari bahasa Inggris beliau yang begitu fasih. Yang lebih mengejutkan ketika kakak-kakak ini berbarengan bercerita tentang "Kak Ais adalah sosok yang begitu sederhana" mereka bercerita bahwa ia (Kak Ais) begitu kebingungan, masalahnya sebelum peresmian kelulusannya (wisuda) ia sudah ditawari bekerja di PriceWaterCoopers (perusahaan akuntan publik Malaysia) karena surat lamaran yang beliau submit. Ada yang mengatakan beliau dimita oracle untuk bergabung dengan perusahaan softwere itu di bidang accounting information system. Namun, beliau pun sudah tanda tangan kontrak dengan PT CIMB Niaga Malaysia untuk bekerja di sana, yang mulai berlaku setelah beliau menyelesaikan pendidikannya di Monash University. Tapi beliau tadi sedikit menyesalkan katanya menanggapi pertanyaan kakak tingkat mengenai konsentrasi bidang, karena beasiswa yang beliau ajukan goal di Business Administration. Sehingga gelar S.E.I (Sarjana Ekonomi Islam) beliau akan ditemani oleh M.B.A (Master of Business Administration) dua tahun lagi. Padahal katanya, beliau begitu mengidam-idamkan untuk meneruskan gelar akuntansinya. Tapi, sekali lagi "Allah yang atur" itu yang beliau sempat ucapkan "jadi insyallah yang terbaik, dek" Dan ternyata beliau pun akan disokong biaya selama kuliah S2 untuk mencukupi hidupnya disana oleh calon perusahaan yang telah melakukan kontrak kerja dengan beliau. Perusahaan itu (PT CIMB Niaga ) kabarnya akan melakukan pelebaran bidang syariah di Malaysia. "Selama di negeri orang, banyak yang harus disiapkan, dek". Kata beliau dengan bersahaja, yang masih terlintas diingatanku sesaatAsebelum beliau pergi.
Kak Udis berbisik padaku, bahwa selama Kak Ais bercerita, kak Udis mendengar sekaligus berdoa dalam hati kalau saja Kak Ais adalah calon kakak iparnya, setidaknya kaka ipar idamannya kelak bolehlah beda tipis dengan kak Ais, aku pun terbahak mendengarnya. Kak Echi pun mengatakan bahwa angkatan saya (angkt 10, "Cordova") termasuk kurang beruntung karena tidak menyaksikan sendiri perjuangan Kak Ais selama kuliah. Sayangnya saat itu kami masih menjalani matrikulasi asrama di Bogor dan belum memiliki akses yang banyak dengan kakak-kakak tingkat atas di Sentul.
Tapi, Kak Ais pun tampaknya kurang beruntung. Karena beliau gagal menyabet gelar "Best Student" kampus, yang menghadiahi setiap penyabetnya untuk berkunjung ke baitullah, karena dapet service umrah gratis dari Tazkia Tour & Travel, entitas usaha Tazkia Group, Binaan Pak Syafii juga. Pasalnya gelar itu lebih dulu disabet oleh Kak Hilman Fauzi Nugraha, S.E.I, (mahas Ekonomi Islam) karena terpaut beberapa koma dengan Kak Ais (mahasw Akuntansi Islam). Kak Hilman sekarang sibuk sebagai research assistant di IRTI IDB (Islamic Development Bank) yang digelutinya semenjak aktif di MES (Masyarakat Ekonomi Syariah). Beliau pun sempat kewalahan karena penelitian beliau jaman kuliah dulu baru mendapat calling Bank Indonesia terkait FRPS (Forum Risset Perbankan Syariah) di Makassar, tepat setelah beliau diwisuda sebagi sarjana. Jadilah Kak Hilman menjelaskan kalau dia bukan mahasiswa lagi, namun akhirnya tetap dipanggil untuk meraih penghargaan di Makassar. Beliau pun berencana sedang mengajukan beasiswa S2 di IIUM (Internasional Islamic University Malaysia)setelah menikah, gosipnya. hehe. Nama Kak Ais tidak begitu bersinar dibanding Kak Hilman, mungkin salah satunya karena hal itu.
Tapi, dari selembar pengalaman ini. Saya merasa seakan dicubit Allah dan diingatkan bahwa "You Should be Like Her. Learn More and try more, grab yours!..." itulah seakan yang dibisikkan Allah pada saya. Berawal dari pertemuan di lorong kampus hingga berakhir dengan rasa kagum yang tiada tara pada sosok sederhana nan hebat. Yang kalau dibandingkan saya "Apalah saya sekarang?, ilmu masih cetek, pengetahuan sedikit," tapi, saya harus bersemangat, seperti pesan Kak Ais tadi, "selalu ada jalan untuk setiap tetes keringat dan jerih payah". Semoga Allah melancarkan pendidikan S2 kak Ais di sana dan mengabdi dengan baik di PT CIMB Niaga Malay, dan semoga ada angin yang bakal membawanya untuk kembali ke Indonesia. Setidaknya jodohnya harus orang Indonesia, hehe.. Kalau sampai dia mendapat orang Malaysia atau Australia, yaa alamat deh beliau akan menjadi penduduk sana. Dan semoga ya semoga..saya bisa mendapat kesempatan jumpa dengan beliau lagi dilain kesempatan...aaamiiinn :)
Jadi, itulah sedikit pengalaman saya, semoga bisa diambil hikmahnya. Tiada tujuan lain, selain menjadi motivasi diri saya. Wallahualam.. :)
Syukron..
wassalam
"if you put Allah in the 1st, you will never be the Last" :)
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut