طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ #menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim# اطْلُبُوْا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ #tuntutlah ilmu walau hingga ke negeri Cina#

Senin, 17 Juni 2013

You Have a Seat in BI (Bank Indonesia) Palembang

Ga pernah kebayang bisa masuk ke gedung BI. Bukan sekadar masuk, tapi sit in dan stay behind the table, bercengkrama dengan staf-staf di sana, juga yang ga kalah keren adalah punya kesempatan untuk kenal dan tahu lingkungan kerja Bank Indonesia Palembang. Ya, pilihan buat magang yang tepat banget sepertinya. Baru seminggu di sini, sudah banyak banget pengalaman dan ilmu-ilmu baru. Mulai dari mengenal anak-anak atau bolehlah disebut kakak2 PCPM 30 BI, sampai audiensi wartawan ke Bank Indonesia juga menyambut kunjungan universitas-universitas di Palembang untuk mengkaji mengenai kebanksentralan dan perkasan BI. Benar-benar memukau, ilmu-ilmu baru yang ditawarkan BI benar-benar TOP. Dan yang membuat begitu menyenangkan adalah tak banyak mahasiswa lain yang mengajukan praktik kerja (magang) mereka ke lingkungan Bank Indonesia (BI). Padahal sumpah, di sini benar-benar asik kok. Alhasil.. perhatian para pegawai BI hanya tertuju kepada kami (anak-anak magang), karena toh para pegawai BI suka pada orang yang ingin banyak belajar seperti anak-anak magang misalnya. Ya.. saya dan satu teman saya lagi dari universitas yang berbeda adalah Hadsen (mahasiswa Matematika ITB yang juga sekarang semester 6 baru mau ke semester 7, yang juga sama seperti saya), hanya kami yang mengajukan magang di BI tampaknya, karena tak ada yang lain selain kami berdua. Namun saya dan Hadsen magang di unit yang berbeda meski satu divisi yaitu divisi moneter. Saya di UKE (ekonomi) dan Hadsen di KSS (statistik). Bahkan magang di BI dan tepatnya di UKE (Unit Kajian Ekonomi) yang sekarang saya tempati, tepat dan pas dengan hobi saya dan teman-teman di progres, ya.. apalagi kalau bukan tentang menulis paper. Dan magang di BI pada semester ini benar-benar membuka wawasan dan cara pandang saya. Memang benar kata pepatah, lingkungan akan membawa arah kita kemana . :)

Ketika di kampus dan sedang ada project paper, pasti meng-unduh data dan statistik kekinian tentang Indonesia, ekonomi, warta bisnis dan perkembangan perbankan pasti ke website (sources) yang absah dan mutakhir. Nah yang paling jadi favorit adalah web nya BI. Alhamdulillah saat magang di sini, Allah memberi kesempatan kepada saya untuk mengenal orang-orang yang benar-benar berpengaruh signifikan pada perkembangan web ini, dan ternyata orang tersebut menjadi pembimbing saya ketika magang di BI sekarang. Sungguh di luar dugaan saya. Saya bisa directly bertanya dan diskusi  dengan orang yang handling semua perkembangan web favorit ketika buat paper. Ya, mbak Adela, beliau biasa dipanggil dengan sapaan Dela, beliau aktif dalam produce KER (Kajian Ekonomi Regional) yang membahas lebih spesifik terkait perkembangan perekonomian wilayah Sumbagsel termasuk Palembang. Wawasan mbak Dela yang luas dan presentasinya yang begitu memukau saat memaparkan konten-konten apa yang akan ia tulis, benar-benar membuat saya dan peserta lainnya kagum. Nah, itulah untungnya magang di BI, kita (re: anak-anak magang) tidak akan kesepian untuk mencari topik diskusi dan ngobrol, karena pegawai-pegawai BI rata-rata berusia muda dan fresh graduated serta anak magang akan selalu diikutsertakan pada setiap kegiatan BI sesuai bidang yang kita tempati. Misalnya saja UKE, di unit ini anak-anak magang UKE akan diikutsertakan dalam setiap kegiatan yang berhubungan dengan Unit Kajian Ekonomi. Ngomong-ngomong tentang pembimbing magang saya Mbak Dela, ya Mbak Dela benar-benar memotifasi saya sebagai kaum wanita untuk semangat berprestasi dan jangan sampai kalah bersaing dengan kaum laki-laki yang juga termasuk dominan di BI. Selain mbak Dela, ada lagi mbak Dinda. Baik Mbak Dela maupun Mbak Dinda adalah bibit-bibit unggul yang memang disiapkan untuk menjadi calon pimpinan BI nantinya. Saya tahu itu karena sempat diceritakan oleh Pak Roni (Asisten Direktur UKE) yang juga merupakan atasan Mbak Dela dan Mbak Dinda, saat pengarahan di hari pertama magang minggu kemarin.

Mbak Dela dan Mbak Dinda masuk BI melalui jalur PCPM (Pendidikan Calon Pegawai Muda Bank Indonesia) yang sekarang telah sampai pada angkatan 30. Kalau di perbankan, pendidikan sejenis PCPM biasa disebut ODP (Officer Development Program) yang siapapun pasti tau, kalau yang tembus tes tersebut, setelah OJT (On JobTtraining) pasti langsung menempati posisi managerial dan tidak lagi setara staff biasa. Dan kakak PCPM 30 angkatan Mbak Dinda orangnya bener-bener hebat secara kelimuan. Ketika ngobrol dengan mereka saya tau bahwa background mereka dominan berasal dari beragam universitas-universitas TOP di Indonesia yang tersebar dari Sabang samapi Merauke. Wawasan mereka luas, komunikasinya begitu baik dan ramah. Banyak pelajaran yang saya petik dari mereka semua. Mbak Dinda asli Cilacap dan merupakan tamatan UI tahun 2011 dengan jurusan yang sama dengan saya, Akuntansi. Sebelum lulus di BI, ia telah bekerja sebelumnya sebagai junior auditor di E&Y (KAP multidimensional dan termasuk the big 4.. keren banget dah), Mas Yoga dari IM Telkom dan asli Bandung, Mbak Rena anak Teknik Informatika Indo Global Mandiri (IGM) yang juga asli palembang tamatan 2011.Sebelum di BI, Mbak Rena telah diminta menjadi dosen TI di IGM oleh beberapa dosennya. Keren banget dah pokoknya, banyak ilmu-ilmu baru dari mereka kakak PCPM 30. Mereka semua masih OJT di BI Palembang, dan anak-anak PCPM harus menerima penempatan yang telah ditentukan BI dan tak dapat memilih. Inilah konsekuensinya. Oleh karena itu, mereka menyebar dari Sabang sampai Merauke.

PCPM akhirnya menempati ruang hati saya untuk menjadi target yang patut direncanakan sebelum dan setelah lulus S-1 nantinya. Setelah mendapat info dari mereka (kakak2 PCPM 30) dan searching di internet, saya jadi tahu sedikit mengenai seleksi PCPM bahwa PCPM bukanlah seleksi yang mudah. Ada 8 tahap yang harus dilalui selama lebih dari 8 bulan masa tes. Jadi harus menjalani runtutan tes-tes yang hampir satu tahun lamanya, jika terus lolos seleksi. PCPM biasanya dimulai sejak awal Bulan Januari hingga berakhir diawal Bulan September, woww.. That's really-really uwaaww.. Tes-tesnya pun ada yang biasa dan kebanyakan tidak biasa. Itulah mengapa kakak2 PCPM memiliki komunikasi verbal yang baik dan kemampuan teoritis dan analitis yang luar biasa, karena tesnya melingkupi hal-hal tersebut yang tentu tak hanya fokus pada hard skill namun juga soft skill. Ih serem deh ya kalo dibayangin, tapi sayangnya PCPM bukan buat dibayangin guys, tapi kudu dijalanin by perencanaan yang mantap (sepertinya) ;). Ih, jadi pingin persiapan yang matang dari sekarang dan lulus S-1 cepet biar bisa ikut PCPM dan jadi seperti kakak2 itu. Bismillah.. :D

Terakhir.., magang di Bank Indonesia Palembang ga buat nyesel deh.. Selain bisa untuk belajar banyak, juga bisa pulang ke kampung halaman.. :D
readmore »»  

Sabtu, 15 Juni 2013

Berfikir (lagi)

Semangat dalam melakukan sesuatu pasti ada penyebabnya. Semangat karena ada tujuan yang ingin dicapai, ada tujuan ada impian. Tapi ketika tujuan itu hilang, maka hilang juga semangatnya. Tak ada yang ingin dan bisa dilakukan (lagi). Ini terkait hal-hal yang begitu sensi kalau dibahas umum. Hal yang sering terfikir tapi kadang kala hilang tapi akhirnya muncul kembali. Nelangsa yang jauh tentang harapan yang tak pernah bisa diharapkan.

Sebelum pergi dari zona yang selalu membuatmu terus merasa nyaman, penuh kebahagiaan dan merasa sudah banyak hal-hal yang menyayangimu adalah keputusan yang sulit. Ketika mencoba pergi dari zona itu, jangan fikir kau tak akan pernah merindukan zona itu lagi, suatu saat takdir akan mengembalikanmu. Tapi, ketika kau kembali, semua unsur dalam zona tersebut belum tentu menerima kau kembali sama. Kau telah asing bagi mereka bahkan mungkin bukan bagian mereka lagi, mereka lupa kau pernah ada, pernah menjadi mereka. Jadi wajar jika tak ada bagian yang kecil untukmu lagi selain ruang lingkup yang lebih sempit. Tak usah ditangisi, itulah keputusan. Kau akhirnya makan si malakama yang tadinya sedikitpun tak kau timbang bobot dan pahitnya. Kau ingin kembali tapi terusir dan ingin pergi tapi menginginkan melepas kekangenan. Iya, kau harusnya berfikir (lagi) di awal yang akan membuatmu piawai lebih dini, bijak tapi bukan tua.

Seperti racun yang asing, kau tak diinginkan. Semua serum tubuh tak memberi mu ruang untuk bertahan lama, kau hanya diberikan waktu senggang yang sebentar sebelum cairan-cairan kekebalan merobek-robek keberadaanmu. Kau hanya punya waktu sebentar untuk berfikir dimana tempat membuang diri yang paling jauh, hingga bayanganmu tak mampu mengejar lagi. Jika boleh memilih aku mengingini tak ada bercak hitam, tapi itu bukan hidup, bercak hitam yang selalu melekat membuat penanda diri yang paling pasti. Semua melihat pada tanda hitam itu, padahal ada sisi putih lain yang lebih banyak sebarannya, tapi mereka tak mau berfikir (lagi) tentang hidup, tentang mati, atau tentang apalah...

Kadang lelah menunggui hidup, kadang puncak tak tau lagi hendak tinggi didaki. Semua sudah kelelahan. Rasanya harapan itu usai, tapi menyerah hanya bagi mereka yang tak memiliki iman. Biarlah sulit setengah hidup, tapi inginnya posisi ini tetap dekat dengan cahaya, meski redup cahaya teplok, tapi tetap mungkin menunutun hingga tapal batas yang tak bisa diterka mulai kelihatan ronanya. Janganlah sedih.. biarlah mereka menikmati senyum ini yang memang tak indah, biar mereka berfikir kebahagian bagi siapapun itu yang mengingini, semua berhak atas kebahagiaan yang dapat kau beri, meski tinggal sedikit. Siksa dan luka untukmu sendiri, tak ada yang akan membantu meminggul dosa. Aku malu menghadapNya tanpa membawa bekal, tapi aku tak mau bercak hitam terus tumbuh dan membawaku semakin dekat pada jurang terjal yang curam. Aku harus berfikir (lagi) andai waktu bisa ditawar, aku memilih kembali dekat padaNya tanpa dramaga fana ini. Tanpa stasiun yang singkat ini, Tanpa bandara yang tak tahu kapan panggilan boarding pass. Aku ingin dekat denganNya tanpa fatamorgana...

Aku rindu saat itu, saat aku masih bisa ada dan merengek. Aku rindu saat kau menangis untukku, atau saat kau ingin aku mengikuti semua yang kau pinta, jika tidak, tarunglah. Jotos-jotosan.. aku rindu saat menggendong melihat bola kampung di lapangan. Aku rindu saat mendengar dongeng-dongeng jadul di kala malam selepas isya dan makan.. aku rindu saat dering telepon menanyakan dimana, kapan, dengan siapa. Aku rindu celotehanmu menunggu aku bergegas sarapan. Aku rindu rebutan alat-alat sekolah dan rumah. Aku rindu makan siang bersama dengan canda. Aku rindu jalanan penuh sesak pasar. Aku rindu kau buatkan roti isi, atau koran-koran sripo yang sengaja kau taruh sebagai pancingan aku membaca. Aku kangen main kembang api yang itu, yang kau celotehi kami karena berisiknya. Aku rindu compang-camping jiiidd.. aku rindu legenda pak belalang dan malin kundang. Aku rindu tangisanmu untuk dijemput, untuk diajari perkalian. Aku kehilangan momen itu ketika ku pilih ini dan itu. Aku ingin kalian ada. Itulah mengapa ada pungguk merindukan kandangnya yang jauh di hulu. Tapi biarlah aku jadi jelantik yang hinggap di dahan yang tak kokoh, agar tenggernya sebentar. Tukar saja, tukarlah sehat ini. Tukarlah separuh, agar itu ada lagi. Tukarkan dengan lebih banyak tawa, daripada 1000 derita. Tukarlah dengan mimpi yang tinggi, dari pada gelap yang menakutkan...Meski ada namun tak tampak, entah ada atau hanya tinggal cerita...
Sejenak aku berfikir (lagi)
readmore »»