طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ #menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim# اطْلُبُوْا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ #tuntutlah ilmu walau hingga ke negeri Cina#

Sabtu, 29 September 2012

LKTEI KEMENAG 2012


ISLAMIC MICRO FINANCE:  IKHTIAR PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN PEDESAAN
Studi Kasus Pengembangan Baitut Tamkin Tazkia Madani (BTTM) 
di Desa Babakan Madang, Jawa Barat

oleh: Rysky Marlinda 
STEI Tazkia

PENGANTAR
Indonesia adalah negara dengan pertumbuhan ekonomi potensial di dunia. Bahkan di masa depan, Indonesia diramalkan akan berdiri sejajar dalam barisan negara-negara high class bidang ekonomi. Ekonomi Indonesia yang terus tumbuh hingga menyentuh level 6 % per tahun seakan semakin menekankan bahwa benar, [1]Indonesia akan masuk ke dalam 20 besar negara paling potensial pertumbuhan ekonominya di masa datang. Hal itu didasarkan atas sifat demografi (kependudukan) atau sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang secara kuantitas begitu potensial. Didukung pula dengan pertumbuhan microfinance Indonesia yang sejak kini kian menunjukan eksistensinya dalam membangun sektor riil ekonomi Indonesia. Serta hadirnya pembaharuan sistem yang sekarang mulai tumbuh dan menggambarkan trend positif, yaitu sistem ekonomi Islam karena dinilai stabil dalam menghadapi krisis internasional.
            Namun di sisi lain, banyak persoalan ekonomi yang hingga kini masih menghantui negeri pertiwi. Salah satunya adalah persoalan kemiskinan. Begitu mengejutkan bahwa [2]angka kemiskinan Indonesia adalah sekitar 13,33 % dari seluruh total penduduk sebesar 228 juta jiwa. Ini berarti jumlah masyarakat miskin Indonesia berada pada kisaran 31,02 juta jiwa. Angka ini masih jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan angka kemiskinan di Indonesia yang mengacu pada standar internasional (USD 2/hari) versi Bank Dunia, yaitu hampir mendekati 100 juta jiwa. Angka kemiskinan penduduk Indonesia ini seakan menjadi sebuah batu hantaman bagi Indonesia. Di satu sisi, Indonesia memiliki kualitas sumber daya alam (SDA), kuantitas SDM, dan prediksi pertumbuhan ekonomi yang gemilang di masa depan. Di sisi lain, Indonesia harus menghadapi sebuah kenyataan pahit akan tingkat kemiskinan yang masih tinggi.
             Wacana program pengentasan kemiskinan terus diusung pemerintah yang disebut-sebut melibatkan banyak pihak diantaranya Kementeria Sosial RI.  [3]Kementerian Sosial (KEMENSOS) mencoba menyelesaikan persoalan___


[1] . Karen Ward dalam laporannya “The World in 2050: Quantifying the Shift in the Global Economy”.
[2] Badan Pusat Statistik, Data kependudukan Indonesia 2010
[3] Salim Assegaf dalam Laporan Keuangan Dompet Dhuafa . Peta Kemiskinan 2010, hal iii

____kemiskinan melalui beberapa program, diantaranya: Program Keluarga Harapan (PKH) yang ditujukan pada 822.000 rumah tangga sangat miskin (RTSM) dengan total anggaran Rp 1.3 triliun. Di samping itu, ada program pemberdayaan ekonomi komunitas melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang pada tahun 2010 diberikan kepada 127.930 KK dengan total anggaran pemberdayaan fakir miskin sebesar Rp 431.797.100.000.  Bahkan program bantuan langsung tunai (BLT) yang diusung sejak awal 2005 hingga kini terus disalurkan pemerintah kepada masyarakat yang masuk ke dalam standar miskin negara, dengan harapan menjadi sebuah first step kebangkitan kesejahteraan masyarakat dan pengentasan kemiskinan. Nominal dana yang dianggarkan dalam realisasi program hebat pemerintah tersebut akan begitu menguras keuangan republik ini (APBN). Dan akan sangat sia-sia jika tidak menghasilkan perubahan. Sedangkan dana APBN terus mengalir di dalamnya.
            Dan Ternyata, bukan hanya dana APBN yang dioptimalkan guna mengurangi masalah kemiskinan di Indonesia. Instrumen semisal zakat, infaq, sadaqah yang dikelola Badan Amil Zakat Nasional serta Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) setiap tahunnya seakan tak mampu menjawab tantangan penyelesaian kasus kemiskinan Indonesia. Bahkan ironis, masyarakat miskin Indonesia harus jatuh martabatnya, bahkan kehilangan nyawa bertepatan pembagian dana zakat yang seharusnya menentramkan dan menjadi solusi bagi kesejahteraan mereka. Hal inilah yang terus dipertontonkan media kepada seluruh generasi dan pemimpin bangsa yang seakan menjadi hantaman kencang dan peringatan bahwa “masalah kemiskinan belum selesai”.
            Kemiskinan yang biasa kita temui ternyata tak sampai disitu saja. Kemiskinan terus merangkak hingga wilayah  yang mungkin tak pernah terjangkau oleh kita sebagai warga kota, yaitu kemiskinan pedesaan. [1]Bagi masyarakat desa, fenomena dan problema kemiskinan merupakan masalah hidup sehari-hari, yang berwujud kelaparan, penyakit, meninggal dalam usia muda, tak terpenuhinya kebutuhan akan pekerjaan dan perumahan dan merasakan kehilangan nilai-nilai yang biasanya memberi makna kepada kehidupan. Mereka___


[1] Gazali Junus, Etika Ekonomi Islam: Telaah Teoritis Tentang Pemerataan Pendapatan, (Saudara, 2001)

____tidak hanya miskin secara ekonomi tetapi juga miskin secara sosial seperti kekurangan jaringan sosial (social network) income generating golongan miskin, sedangkan kemiskinan politik lebih merefleksikan kekurangan akses dan line of action pada kekuasaan.
            Masalah kemiskinan yang beruntun di Indonesia membawa penulis untuk terus mencari dan meneliti jalan keluar akan permasalahan nasional ini. Dan ternyata solusinya adalah dengan tidak memandang masyarakat miskin hanya sebagai objek pengentasan kemiskinan, namun mencoba mentransformasikan mereka sebagai subyek pengentas kemiskinan. Tidak hanya menyuapi mereka bantuan tunai ataupun dana zakat saja, karena sesungguhnya dana itu tidak membantu mereka secara maksimal. Masyarakat miskin pun sebenarnya tidak suka hanya diberlakukan sebagai objek. Hal ini tampak pada semangat Dakabalarea masyarakat Desa Babakan Madang khususnya dan masyarakat Jawa Barat umumnya yang menjadi sorotan penulisan.
            Upaya yang tepat adalah dengan jalan memberdayakan mereka melalui program pengentas kemiskinan yang solutif sehingga mereka tumbuh mandiri namun tidak terbebani. Sistem yang mampu menjawab tantangan ini hadir melalui konsep Islamic microfinance. Pengembangan usaha mikro dengan konsep islami (syariah) yang terbukti sukses di berbagai negara, seperti Mesir, Bangladesh dan India.
            Baitut Tamkin Tazkia Madani (BTTM) adalah salah satu lembaga keuangan mikro yang mencoba mengusung konsep Islamic microfinance di tengah masyarakat Desa Babakan Madang guna mengangkat taraf hidup serta melakukan pembinaan dan pemberdayaan yang secara terus menerus dijalankan sebagai tahap awal upaya mengentaskan penyebab persoalan kemiskinan yang dialami masyarakat pedesaan.


PEMBAHASAN
Perkembangan Sistem Islamic Microfinance di Berbagai Negara
Konsep Islamic Microfinance pada Mit Ghamr Bank Mesir
            Mit Gharm Bank didirikan oleh Prof. Dr. Ahmad Najjar pada tahun 1960-an. Lembaga keuangan ini beroperasi sebagai rural-social bank (semacam lembaga keuangan unit desa) yang fungsinya memberikan pembiayaan masyarakat pedesaan tanpa jaminan dan non-ribawi. Namun, eksistensi lembaga ini tak berlangsung lama, dikarenakan sistem mamajemen yang buruk. Terlepas dari kekurangannya. Mit Ghamr Bank adalah pioneer lahirnya konsep perbankan syariah dan terbentuknya Islamic Development (IDB).
Konsep Islamic Microfinance pada Grameen Bank (Bank Pedesaan) Bangladesh
            Grameen Bank didirikan oleh Muhammad Yunus seorang ekonom asal Bangladesh pada tahun 1975. Grameen bank didirikan atas keinginan Muhammad Yunus, yaitu “kelak kemiskinan hanya akan ditemukan di museum”. Beliau mengamati bahwa masalah kemiskinan yang kala itu melanda sebagian besar masyarakat pedesaan disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya tidak ada modal, akses ke lembaga keuangan yang sulit, serta tidak memiliki anggunan untuk menerima kredit dari perbankan. Sehingga timbul keinginan Muhammad Yunus untuk mendirikan konsep bank yang mau memberikan bantuan pinjaman dan pemberdayaan bagi masyarakat miskin pedesaan.
            Di awal, Muhammad Yunus hanya mampu melakukan uji coba pembiayaan mikro kepada 500 anggota-nya yang merupakan wanita, setelah sebelumnya melalui pembinaan dan pembekalan. Namun, setelah 1 tahun, ternyata 500 anggota-nya mampu melewati batas garis kemiskinan. Hal ini membuat Muhammad Yunus berani mengajukan dana dengan melobi Bank Central Negara Bangladesh sehingga cukup untuk membina 2 juta anggotanya dengan sistem syariah.
            Sistem Islamic microfinance pada Grameen bank tercermin pada produk-produk pembiayaan maupun tabungannya, yang focus pada kesejahteraan bukan hanya profit. Serta ada kerelaan tanggung bersama jika ada salah satu anggotayang mengalami kredit macet. Tanpa ada pemaksaan pengembalian dan beban bunga.
            Kesuksesan Grameen Bank direpresentasikan dengan jumlah anggota yang terus bertambah dan dana yang disalurkan kepada masyarakat yang juga tinggi yaitu mencapai US $ 2 Milyar, atau lebih kurang US $ 84 Juta per tahun. Jumlah modal yang dimiliki Grameen Bank juga berkembang menjadi US $ 163,2 juta, dimana 92 % nya adalah milik anggota.
            Grameen Bank sukses membawa sistem Islamic microfinance sebagai konsep solutif perbaikan taraf hidup masyarakat serta menginspirasi dunia untuk mengenal dan menerapkan sistem yang sama. Hingga di tahun 2006 Muhammad Yunus memperoleh hadiah nobel kategori perdamaian dunia, disebabkan karena hadirnya Grameen Bank dengan konsep Islamic microfinance mampu mengentaskan masalah social pedesaan bahkan nasional yaitu kemiskinan secara bertahap.
Sistem Islamic Microfinance di Indonesia
Konsep Islamic microfinance pertama kali muncul di Indonesia pada tahun 1992. Konsep ini hadir melalui satu lembaga yang menaruh perhatian besar pada kehidupan masyarakat miskin. Lembaga ini diusung oleh Bapak Zainal Muttaqin melalui lembaga keuangan yang dikenal dengan nama Baitul Maal wat Tamwil Bina Insan Kamil (BMT BIK) yang bermakna rumah pengelolaan dan pemberdayaan harta. Hampir sama dengan Grameen Bank Bangladesh, BMT memberikan kemudahan modal atau pembiayaan kepada masyarakat miskin yang berdomisili di sekitar lokasi BMT yang pada saat itu berada di Jalan Pramuka Sari II, Jakarta.
            BMT BIK memberikan modal tanpa jaminan kepada nasabah atau anggotanya. Jaminan yang diberikan adalah social capital. Anggota yang dimaksud adalah bapak/ibu yang tergolong masyarakat miskin tanpa modal usaha.
            Modal awal berdirinya BMT BIK dari sumbangan sukarela aktivis yang peduli akan kesejahteraan masyarakat miskin, yaitu sebesar Rp 25 juta. Anggota yang menerima pembiayaan harus mencicil dan menabung sebagai garansi, juga dianjurkan infak. Dengan tujuan jika ada sesuatu yang tak terduga yang berkaitandengan pinjaman, tabungan dapat diambil. Infak juga berfungsi sebagi penjagaan diri dan anggota lain jika mengalami kesulitan pembayaran cicilan.
            Konsep Islamic microfinance yang diusung oleh BMT BIK dinilai sukses di Indonesia. BMT ini telah mampu membius dan menginspirasi berbagai kalangan untuk lebih mengenal sistem pembiayaan mikro syariah serta telah membina dan memberdayakan lebih dari 1000 anggota. Sistem ini yang kemudian mengilhami lahirnya beragam BMT lainnya hingga sekarang.

Karakteristik Konsep pengembangan Usaha Mikro dengan Sistem Islamic Micro Finance
            Islamic Microfinance adalah topik menarik untuk diperbincangkan serta diangkat dalam masyarakat kita. Hal ini dimaksudkan untuk membuka mata tentang hadirnya gagasan solutif bagi perbaikan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat miskin.
            Islamic microfinance bukanlah gagasan penumpuk keuntungan bagi kelompok tertentu. Namun sebuah ide yang menghubungkan jembatan harapan yang telah lama putus bagi kebanyakan masyarakat miskin umumnya dan masyarakat miskin di pedesaan khususnya untuk memperoleh modal.
            Islamic microfinance tidak memandang masyarakat miskin pedesaan sebagai ladang uang yang bisa terus dimanfaatkan namun menyengsarakan mereka, seperti halnya yang seringkali dilakukan oleh para tengkulak.
            Melalui konsep Islamic microfinance, publik akan menyadari bahwa masyarakat miskin bukanlah objek pengentasan kemiskinan. Namun mereka lebih suka diperlakukan sebagai subyek pengentasan kemiskinan. Karena kemiskinan yang mereka alami bukanlah disebabkan karena mereka malas ataupun bodoh, tapi kemiskinan itu disebabkan oleh sulitnya sistem.
            Islamic microfinance adalah sistem yang peduli bahwa masyarakat miskin pedesaan memerlukan pembinaan dan pemberdayaan. Mereka membutuhkan pengajaran dalam hal pengelolaan dana yang mereka dapatkan. Sistem Islamic microfinance juga tidak menyulitkan masyarakat miskin untuk menerima pembiayaan meski tanpa anggunan dan administrasi yang rumit.

Inilah karakteristik yang membawa masyarakat miskin pedesaan kepada sebuah perubahan dan melangkah mencapai kesejahteraan dan perbaikan ekonomi yang sebenarnya. Indikatornya adalah pertama, hubungan masyarakat terhadap rentenir berkurang. Kedua, usaha kecil-kecilan yang mereka jalankan survive. Ketiga, mereka mulai memberi perhatian pada pendidikan anak-anak mereka. Keempat, cicilan yang mereka bayarkan tidak macet. Kelima, masyarakat ini aktif dan bergairah menghadiri pembinaan usaha mikro.

Sejarah Lahirnya BTTM Tazkia di Desa Babakan Madang
            Baitut Tamkin Tazkia Madani (BTTM) adalah salah satu entitas yang merupakan bagian dari keluarga besar Tazkia Group  yang berdomisili di Sentul, Jawa Barat.
             Tazkia Group menaruh perhatian yang besar akan kehidupan sosial masyarakat di sekitar Sentul City, Jawa Barat. Yaitu salah satunya di Desa Babakan Madang.
            Berdasarkan pengamatan, maka kondisi dominan sosial masyarakat di Desa Babakan Madang adalah terdiri dari tiga kelompok, yaitu: Pertama, Masyarakat yang tidak memiliki usaha atau modal, hal ini lebih disebabkan karena minim akan keahlian (ide usaha, keberanian) serta akses untuk ke lembaga keuangan. Kedua, kelompok masyarakat yang defisit modal, namun sering kali berhubungan baik dengan rentenir yang sebenarnya menyulitkan mereka. Ketiga, memiliki usaha, bebas dari rentenir , namun tetap sulit survive dalam usaha kecil-kecilan yang mereka miliki karena kesulitan modal.
            Sehingga tazkia Group berkeinginan untuk melakukan pembinaan kepada masyarakat Desa Babakan Madang tersebut dengan pendekatan Islam, bahwa Allah sangat menyukasi orang-orang yang berusaha/berupaya secara mandiri dengan sekuat kemampuannya untuk bekerja dan memenuhi kebutuhannya dan keluarga. Hal ini guna menumbuhkan semangat entrepreneur dan pemahaman akan usaha yang halal (baik) di mata Allah, Tuhan semesta Alam. Tak berhenti sampai pada tahap itu saja, Tazkia ingin menjadi bagian yang terlibat langsung dalam pemberdayaan ekonomi msyarakat Desa Babakan Madang melalui pemberian pembiayaan usaha agar tercapai kehidupan masyarakat yang lebih baik.

Hal di atas yang kemudian menjadi latar belakang untuk dibentuknya Baitut Tamkin Tazkia Madani (BTTM). Yaitu, suatu lembaga yang mengusung konsep Islamic microfinance (pembiayaan usaha mikro yang islami).
            Nama Baitut Tamkin yang memang tidak begitu familiar jika dibandingkan dengan Baitul Mal wat Tamkin (BMT) adalah suatu upaya inovatif pada operasional dan produk-produk jika dibandingkan dengan koperasi ataupun BMT pada umumnya.
            Tamkin adalah kata yang berasal dari bahasa arab “makana” dala Q.S. Al- Hajj: 41 yang bermakna menggunakan atau mem-berdayakan. Sehingga tamkin berarti yang diberdayakan. Maka pengertian Baitut Tamkin Tazkia Madani secara utuh adalah rumah pengelolaan harta dan pemberdayaan masyarakat untuk mencapai madani (kesejahteraan).
            Baitut Tamkin dicetuskan sejak 2008 namun mulai beroperasi di awal tahun 2009. Pola pengembangan BTTM hampir sama dengan konsep Grameen bank meskipun ada beberapa hal yang berbeda pula.
            Gagasan lahirnya BTTM berasal dari ide bersama mitra tazkia group yaitu Pak Alwin, Pak Sandi dan Pak Edi serta didukung penuh oleh ketua yayasan tazkia group Bapak Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec.
            Modal awal BTTM Tazkia adalah dana hibah Qatar Charity sebesar Rp 450 juta, namun di tahun berjalan dana tambahan datang dari berbagai pihak yang telah mengetahui gerakan aktif BTTM, seperti: Bank Syariah Mandiri dan Bank Tabungan Negara Syariah.
            Adapun visi dan misi yang dibawa oleh BTTM Tazkia adalah:
a.      Visi
Berdasarkan Q.S. Al-Hajj 41
(Yaitu orang-orang yang apabila Kami berikan kedudukan di bumi, mereka melaksanakan solat, manunaikan zakat, dan menyuruh berbuat yang makruf serta mencegah dari yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.)
b.      Misi
-          Membekali tauhid dan kecintaan akan Tuhan yang tinggi
-          Melakukan pembinaan, pendidikan religi dan entrepreneur yang seimbang
-          Menanamkan sikap disiplin masyarakat
-          Menumbuhkan ukhuwah antar kelompok anggota melaui aktivitas  silaturahim
-          Mengajarkan keberanian dalam bertindak dan tampil di khalayak umum

Ruang Lingkup Usaha dari BTTM Tazkia
            Baitut Tamkin Tazkia Madani (BTTM) menganut sistem sistem simpan pinjam dengan pola syariah. Sistem BMT ini adalah konsep Mu’amalah Syariah, tenaga yang menangani kegiatan BMT ini telah mendapat pelatihan dari pendidikan dan pelatihan microfinance Tazkia Group sejak awal 2009.
            BTTM Tazkia menghimpun dana dari anggota dan calon anggota atau masyarakat dengan akad Wadi’ah atau Mudhorobah atau Qard. Sedangkan peminjaman atau pembiayaan dengan menggunakan salah satu diantara lima akad Mudhorobah, Musyarokah, Murabahah dan Qord Hasan.
            Dalam mu’amalah pola syari’ah bersifat non-ribawi (imbalan bunga), tapi menggunakan imbalan bagi hasil untuk Mudhorobah dan musyarokah atau imbalan laba untuk Murobahah. Qord Hasan biasanya dipakai untuk kegiatan yang bersifat sosial (nirlaba).
Produk-produk yang ditawarkan BTTM Tazkia adalah meliputi tiga kegiatan utama microfinance, yaitu:
a.      Micro credit
            Dalam aktivitas ini para anggota atau nasabah dapat menikmati produk pembiayaan atau pinjaman.
            Pinjaman dapat dilakukan 1 minggu sekali yang dilakukan bergantian antar anggota kelompok dengan diketahui oleh ketua kelompok serta disaksikan seluruh anggota kelompok. Pengajuan pinjaman sifatnya berselingan dengan penyimpanan. Bila minggu ini dilakukan pengajuan oleh salah satu anggota, maka minggu depan dilakukan penabungan tanpa pengajuan. Anggota yang lain mampu mengajukan pinjaman, jika anggota pertama yang melakukan pinjaman lebih dulu, dapat membayar cicilan dengan lancar. Inilah yang melahirkan konsep “tanggung renteng”. Akad yang digunakan biasanya adalah Qardul Hasan.
            Petugas akan meminta rincian sederhana mengenai kebutuhan yang akan dipenuhi jika nominal pinjaman melebihi Rp 1 juta. Namun, jika kurang dari nominal tersebut, maka anggota yang mengajukan dan ketua kelompoknya harus menyampaikan penggunaan pinjaman tersebut di hadapan anggota kelompok lain dan petugas BTTM Tazkia. Hal inilah  yang menjadi jaminan atas pinjaman tersebut, yaitu kepercayaan sosial (social capital). Jika ada masalah akan pinjaman atau cicilan pengembalian maka kelompoknya dan kelompok lain ikut menanggung bersama melalui dana simpanan yang memang dikhususkan untuk tolong-menolong (tabarru’). Tempo waktu pengembalian cicilan ada dua pilihan yaitu 20 minggu ataupun 40 minggu.
b.      Micro saving
Dalam hal ini, produk yang ditawarkan oleh BTTM Tazkia kepada anggota kelompok adalah tabungan dengan akad wadi’ah adh-dhamanah. Ada tiga bentuk tabungan, yaitu:
1.      Tabungan wajib
Setiap anggota wajib menabung sebesar 10 % dari besar pinjaman yang diajukan kelompok. Dan dibayarkan setiap minggu.
2.      Tabungan Kelompok
Setiap anggota kelompok mengeluarkan dana sebesar Rp 500/ minggu. Karena 1 kelompok terdiri dari 5 orang, maka setiap kelompok menyimpan dana sebesar Rp 2.500,- setiap minggu-nya. Dana inilah yang akan menjadi dana penutup, apabila ada cicilan anggota yang bermasalah. Atau anggota kelompok-nya meninggal dunia. Hal ini untuk membebaskan yang bersangkutan dari masalah hutang di dunia kepada BTTM Tazkia secara utuh.
3.      Tabungan Sukarela
Adalah tabungan dengan nominal yang tidak ditentukan dan dikumpulkam setiap minggu. Tabungan ini didasarkan atas keikhlasan tiap-tiap anggota. Dana tabungan sukarela masing-masing kelompok akan disatukan satu sama lain sehingga menjadi tabungan majelis. Biasanya dalam satu majelis terdiri dari 8 kelompok. Dana ini pun digunakan untuk realisasi konsep “tanggung renteng” jika ada masalah cicilan anggota yang berasal dari anggota kelompok manapun, tak terkecuali musibah yang tidak diinginkan misalnya meninggal dunia.
c.       Micro Insurance
            Yaitu aktivitas perlindungan ataupun jaminan bagi para nasabah dengan tujuan penjagaan diri ataupun usaha yang sedang ia jalani. Di BTTM Tazkia lembaga yang mewadahi aktivitas penjaminan nasabah di Desa Babakan Madang adalah Takafful Indonesia Menjamin. Nominal dana yang dibayarkan setiap anggota dihitung dengan rumus:
0.5/1000 X Jangka Waktu Pinjaman X Jumlah Angsuran.
Dana ini juga dibayarkan setiap minggu pertemuan.

Strategi Pengembangan BTTM Tazkia dalam memberdayakan dan memajukan ekonomi masyarakat desa babakan Madang melalui pembiayaan
Pendekatan Mayarakat dalam Branding and Product Promotion
            BTTM Tazkia memang berbeda dengan BMT dan koperasi pada umumnya, di antaranya:
1.      Melakukan proses pendekatan yang panjang dengan masyarakat lokal.
            Hal ini dilakukan dengan mempelajari kondisi masyarakat Desa Babakan Madang. Tahapan ini dilanjutkan dengan mengadakan pertemuan dengan pimpinan desa yaitu kepala desa. Tak sampai di sini saja, BTTM Tazkia juga menggagas pertemuan dengan sesepuh kampung. Hal ini dimaksudkan untuk meyakinkan masyarakat bahwa program yang diusung BTTM Tazkia sangat bermanfaat. Setelah beberapa pihak yang berpengaruh di desa merasa yakin, kemudian BTTM Tazkia mengadakan pertemuan umum masyarakat dengan Desa Babakan Madang serta diutamakan kepada mereka yang yakin bahwa “dimana ada kemauan, di sana akan ada jalan”.
2.    Memahami karekater masyarakat Desa Babakan Madang
Semangat masyarakat yang tertarik untuk bergabung menjadi nasabah BTTM Tazkia adalah semangat Dakabalarea yang merupakan akronim bahasa Sunda yaitu, dahareun loba, kabeuli ku salarea, barudak bisa sakolah, reformasi jalan terus, anu miskin kurang, anu iman tur kaya nambah (makanan banyak, terbeli oleh semua, anak-anak bisa sekolah, reformasi terus berjalan, yang miskin berkurang, yang beriman dan kaya terus bertambah).  Dakabalarea adalah jargon masyarakat Jawa Barat untuk senantiasa mandiri dan bekerja keras mengentaskan kemiskinan dengan jalan yang Islami. Jargon ini juga yang mengusung lahirnya unit usaha syariah (UUS) di Jawa Barat, misalnya Unit Usaha Syariah Bank JaBar-Banten. Jargon ini pun yang menjadi pembuka hati masyarakat untuk turut dalam pemberdayaan BTTM Tazkia.
3.    Kemudahan bagi si miskin
            BTTM Tazkia menyadari bahwa memberi kemudahan bagi si miskin dalam mengurangi kesulitan akan menghapus ke-tidakinginan-nya dalam bergabung dengan lembaga pemberdayaan ini. Sehingga seluruh produk serta pelayanan yang diberikan BTTM Tazkia selalu mempermudah tahapan pengajuan dana maupun penyimpanan dana mereka.
          Perkumpulan majelis tiap minggu pun tidak pernah mengharuskan mereka mendatangi kantor BTTM Tazkia yang jaraknya lumayan jauh bagi mereka yang tidak memiliki kendaraan, terlebih lagi daerah tempat tinggal nasabah kebanyakan tidak ada akses angkutan umum selain ojek, yang tentu akan menguras biaya. Sehingga pertemuan majelis untuk melakukan transaksi diadakan di kediaman salah satu anggota yang mudah dijangkau dan petugas BTTM Tazkia yang akan bersilaturahim di kediaman nasabah tersebut. Disanalah transaksi akan berlangsung. Konsep ini mengadopsi konsep khalifah Umar bin Khatab dan Umar bin Abdul Azis. Para Khalifah inilah membawa sendiri bantuan kepada masyarakat miskin yang membutuhkan, bahkan ada yang menyebutkan hingga pundak keduanya hitam sebagai tanda banyaknya bantuan yang mereka pikul, walaupun mereka adalah seorang khalifah. Hal ini dimaksudkan agar memberikan kemudahan pelayanan bagi masyarakat miskin serta  menjaga martabat mereka untuk dilindungi dan dihargai.

Sasaran dan Mekanisme Pemberdayaan
Selain masuk ke dalam kategori miskin (hanya berpendapatan tak lebih dari US $2 /hari), sasaran anggota pemberdayaan juga disyaratkan kaum wanita yang merupakan ibu rumah tangga. Hal ini dimaksudkan karena:
a.       Kaum wanita (ibu rumah tangga) adalah pintu masuk dalam suatu keluarga
b.      Kaum wanita dalam hal ini ibu rumah tangga, akan mengoptimalkan penggunaan dana pinjaman bagi kebutuhan keluarganya (family manager)
c.       Kaum wanita lebih amanah, melihat sejarah kebelakang sejak BTTM mulai beroperasi tak pernah ada masalah kredit macet
d.      Kaum wanita memiliki waktu yang lebih luang untuk berkumpul di majelis pembinaan serta sudah sunnatullah kaum wanita lebih suka berkumpul dengan kelompoknya dibandingkan bapak-bapak.
Mekanisme pemberdayaan adalah melalui pembentukan kelompok yang mana setiap kelompok beranggotakan 5 orang. Mereka berasal dari latar belakang dan kesetaraan pendidikan yang sama, namun tidak bersala dari satu keluarga. Tempat tinggal mereka saling berdekatan.
Kelompok-kelompok ini akan dikumpulkan dalam satu majelis. Setiap majelis terdiri atas 8 kelompok. Dalam pengajuan pinjaman, anggota peminjam harus meminta ketuanya untuk menjadi wakil kelompok dalam pengajuan pinjaman kepada petugas BTTM yang bertugas pada minggu itu. Setelah disetujui, maka anggota tersebut menghadap dan menjelaskan penggunaan dari pinjaman kepada majelisnya. Pengajuan setiap kelompok dibatasi oleh 2 orang anggota tiap minggunya.
Jika 2 orang anggota pertama tidak bermasalah dalam pengembalian kredit, 2 minggu kemudian anggota lainnya dapat mengajukan kembali pinjaman.
Pelayanan dan mekanisme dalam BTTM Tazkia dengan sistem Islamic microfinance inilah yang menjadi indikator kesuksesan dan keterbukaan anggota untuk terus bertambah dan berkembang.


PENUTUP
Kesimpulan
Isamic microfinance mampu menjawab tantangan pengentasan kemiskinan melalui langkah-langkah kecil namun bertahap mencapai kesejahteraan. Lahirnya BTTM Tazkia dengan sistem Islamic microfinance menjadi bukti bahwa masyarakat membutuhkan sistem yang solutif dan tidak membebani kehidupan ekonomi mereka. Ada korelasi positif antara semangat pembangunan ekonomi masyarakat Desa Babakan Madang (dakabalarea) dengan konsep islami yang mengedepankan usaha mandiri, pembinaan masyarakat kecil serta ke-istiqomah-an.
Saran
            BTTM tazkia harus terus mengembangkan dan memajukan usahanya untuk menjangkau dan melahirkan entrepreneur pedesaan dengan semangat dakabalarea di Desa Babakan Madang.
            Dengan adanya perhatian serta dukungan pemerintah, maka konsep BTTM ini akan lebih cepat membenahi masalah kemiskinan.


DAFTAR PUSTAKA

  • Basri Faisal, Munandar haris, 2009, Lanskap Eonomi Indonesia: kajian dan renungan terhadap masalah-masalah struktual, Transformasi baru, dan prospek Perekonomian Indonesia, Kencana, Jakarta
  • Antonio Syafii, 2001, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta
  • A. Karim Adiwarman, 2001, Ekonomi Islam: Suatu kajian Kontemporer, Gema Insani, Jakarta
  • Gozali Junus, 2001, Etika Ekonomi Islam: Telaah Teoritis Tentang Pemerataan Pendapatan, Saudara, Serang.
  • Rahman Afzalur, 1995, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Diterjemahkan Oleh : Seroyo, M.Nastangin, PT. Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta
  • P3EUI, 2008, Ekonomi Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Yogyakarta
  • Wawancara langsung dengan Bapak Haris, S.E.I, Manager Utama BTTM Tazkia
  • Sharing, Inspirator Ekonomi dan Bisnis Syariah, edisi 58tahun V Oktober 2010, Pemberdayaan dari Ruang 3x4 Meter, hal 12
  • Sharing, Inspirator Ekonomi dan Bisnis Syariah, edisi 58 tahun V Oktober 2010, Aries Mufti: Pengawal Perkembangan Ekonomi Syariah di Indonesia, hal 16
  • http://darlinainamicrofinance.blogspot.com/2009/12/grameen-bank.html diakses pada 15 September 2012 pukul: 16.25 wib
  • http://bmtkube036.wordpress.com/category/berita/ diakses pada 15 september 2012 pukul 16.40 wib
  • http://tnp2k.go.id/index.php?option=com_k2&view=itemlist&layout=category&task=category&id=62&Itemid=97 diakses pada 16 September 2012 pukul 09.20 wib
  • http://www.binaswadaya.org/index.php?option=com_frontpage&Itemid=1&lang=in_ID diakses pada 16 september 2012 pukul 10.00 wib








readmore »»  

Sabtu, 22 September 2012

Seorang yang Hebat tapi Sederhana

Hari ini saya hanya ingin berbagi cerita. Sebenarnya cerita tentang mengapa tadi saya merasa begitu senang sepulang dari kampus. Tapi saya ingatkan ya, kalau ini bukan cerpen atau cerita fiktif lainnya, ini pure cerita saya tadi siang. Jadi, jika ada diksi yang dirasa begitu memaksa, mohon maafkan saja. :)

Cerita bermula ketika saya masuk lorong kampus, ya, tepat di lorong loker sepatu mahasiswa. Di kampus kami, diwajibkan seluruh mahasiswa mencopot sepatunya dan meletakkan di loker masing-masing lalu kuliah hanya beralaskan kaos kaki. So, sebagus apapun sepatu yang teman-teman gunakan akhirnya ketika di lorong kampus, ya kudu dicopot juga. Tapi, bukan ini inti cerita yang ingin saya uraikan, saya hanya memberi alasan mengapa saya saat itu berdiri di lorong kampus.

Saya mencopot sepatu saya dan meletakkan di loker bernomor 43, karena di sana saya biasa meletakkan crocs yang saya pakai. Setelah loker itu saya tutup kembali, saya tidak mencemaskan jam kuliah, karena kelas saya telah berakhir tadi pukul 9.30 wib, selebihnya waktu bebas. Selepas kelas tadi, saya keluar kampus untuk membeli minum dan kembali lagi ke kampus, niatnya langsung ingin ke lobby kampus.

Saya langsung sigap melangkah ke lobby untuk mengurus beberapa tugas saya yang belum rampung, berkaitan dengan kepanitian DINAR (Days of Islamic Economics Revival/kompetisi ekonomi Islam Nasional tahunan yang dihelat Tazkia group, khususnya STEI Tazkia) bulan Maret kemarin. Lobby begitu nyaman untuk penyelesaian tugas singkat begini karena di sana adalah lokasi free internet access.

ketika menuju lobby saya berbarengan dengan seorang kakak. Wajahnya begitu familiar, namun saya tidak begitu ingat siapa dia. Seutas senyum dia lemparkan, dan ya, saya membalasnya. Seketika itu juga kedua mata saya tertuju pada penampilannya yang subhanallah. Beliau mengenakan jilbab rapih menutup dada, berwarna cokelat muda, baju muslimah bertangan panjang berwarna cream dan rok yang berwarna cokelat muda, di pundaknya membawa ransel, berkaos kaki cream bergaris. Saya mencoba mengingat siapa kakak ini. tapi, saya berusaha cuek, karena tidak begitu mengenal beliau "mungkin kakak semester atas yang sedang sibuk mengurus berkas-berkas karena akan persiapan kelulusan" itulah yang terpikir di benak saya.

Ruang lobby sudah tampak di depan, ada banyak mahasiswa selonjoran di sana sibuk dengan laptopnya masing-masing.  Mata saya keluyuran mencari sisi mana yang masih kosong agar saya bisa senderan di dinding dan dekat colokan listrik. Mata saya tertuju ke sisi persis dekat meja informasi dan security. "Asiiikk" lega masih ada tempat kosong.

Tapi, kemudian pandangan saya kembali tertuju kepada kakak yang sedari tadi berjalan beriring bersama saya, namun sedikit berseberangan. Ia tampaknya tidak berniat menuju lobby karena ketika di sisi tangga kampus ke lantai dua, beliau langsung menjuruskan matanya ke ruang lantai 2 yang terlihat dari lantai dasar lobby kampus. "mungkin mencari dosen" fikir saya saat itu. Dan tiba-tiba kakak ini menghentikan langkahnya, karena jeritan dan panggilan histeris kakak-kakak lain (mahsw" smst 7). Mereka meneriakan nama yang begitu familiar di telianga saya, "Kak Aissss" panggil kak Udis dari lobby kampus, disusul beberapa kakak tingkat yang lain yang saya kenal baik. Ada Kak Udis anak manajemen pemasaran Islam (smtr 7) , Kak Echi dengan jurusan dan smtr yang sama dengan Kak Udis, Kak Melvina (angkatan akhir, Ekonomi Islam sudah kelulusan, tinggal nunggu wisuda. Sekarang beliau ikut tim Tazkia Microfinance bolak-balik Jakarta-Lombok untuk melakukan sosialisasi dan pengajaran terkait Islamic microfinance, karena Tuan Guru Bajang, Gubernur NTB, lulusan Mesir itu, yang begitu menaruh perhatian besar terhadap UMKM syariah yang ingin dikembangkan di daerah pimpinannya. Kemarin kak Melvin pun ikut dalam rombongan Pak Syafii yang diminta present tentang Islamic microfinance di Kedubes RI di London, Inggris). Kak Rinti (Akuntansi Islam angk 7). Serta beberapa kakak-kakak cowok yang tidak se-histeris mereka, namun turut mendekat ke arah kakak misterius "tadi", hehe. Ada Kak Fian (Ekonomi Islam angk 7) dan Kak Siddiq (Manajemen Pemasaran Islam ankt 7). Ya, mereka semua adalah aktivis PROGRES (Pelopor Gerakan Ekonomi Syariah) di Kampus. Organisasi populer setingkat BSO (Badan Semi Otonom) yang telah mencetak beragam prestasi nasional dan Internasional di bidang Ekonomi Islam dan Bisnis Islam.Bahkan penyaringan anggotanya pun tidak mudah, dimulai dari tulis esai ekonomi islam, wawancara, basic leadership training di Cibodas dan bahkan pengukuhan di Curuk. Semua itu dilakukan untuk menyaring anggota-anggota terbaik yang berkarakter (itu yg sering dijargonkan) organisasi yang begitu mentereng di kampus ini. Bahkan Bapak Muhammad Syafii Antonio selaku ketua di Kampus ini selalu mengelu-elukan organisasi yang terus membantunya mengibarkan Ekonomi Syariah ini. Formulir yang terkadang masuk ketika open recruitment PROGRESS selalu full dan membuat panitianya kewalahan.

Mereka berkumpul begitu hangat, bercerita tertawa dan menceritakan saat-saat lucu mereka ketika semester bawah dan aktif di organisasi itu. Saya pun tertarik menguping topik apa yang sedang mereka perbincangkan. Kak Echi mengajak saya bergabung untuk berbincang, karena dia tahu kalau saya adalah anggota PROGRESS tingkat bawah juga. Saya hanya mengangguk dan sedikit mendekat serta melempar senyum ke arah kakak "tadi" yang menjadi pusat tanya-jawab kakak2 lain. Beliau tampak begitu bingung melayani satu-satu pertanyaan kakak tingkat saya yang berlomba-lomba berbincang dengannya. Terlintas dalam benak saya,"kenapa kakak ini begitu istimewa?" rasa penasaran saya semakin membuncah ketika tahu bahwa dia ke kampus untuk berpamitan. "Kemana?" fikir saya. Lama mengikuti perbincangan saya pun mengerti bahwa ia adalah kakak tingkat yang sudah di wisuda bulan Oktober 2011 kemarin. "ohhh, ini kakak sesepuh". Di kampus, kakak tingkat satu organisasi yang sudah diwisuda dan menyempatkan maen ke kampus sering dipanggil "kakak sepuh".

Tiba-tiba, dari lantai dua, terlihat kepala Bu Khomsah (ketua akademik kampus yang juga dosen tetap Akuntansi Islam) nongol dari atas dan tampak memanggil kakak tadi serta memintanya naik. Kakak "tadi" pun meminta diri dan berpelukan dengan satu-satu adik tingkatnya (kakak tingkat saya) yang sedari tadi mengelilinginya untuk bertanya dan bercerita ini-itu. Tentu ia tidak memeluk kakak yang cowok, ya. hahaha ia hanya berpesen "semangattt! ya belajarnya", kemudian diakhiri senyum. Ia kembali melempar senyum yang lebih lebar pada saya, mungkin karena tahu kalau saya adalah anggota PROGRESS juga . Beliau pun melangkah menemui Bu Khomsah.

Selepas dia pergi, saya pun tak mau ketinggalan dan bertanya, siapa kakak misterius tadi. Semua kakak tingkat berkomentar mengenai beliau, ada yang bilang dia adalah mahasiswa yang selalu aktif dikegiatan kemahasiswaan terutama PROGRESS serta senior yang baik. Ada yang bilang beliau mahasiswi terbaik Akuntansi Islam yang merupakan jurusan yang sekarang sedang saya geluti. Ada yang bilang beliau mahasiswa emas departemen akuntansi Islam, dan tak ada dosen yang tak kenal beliau. Ada juga yang mengomentari bahasa Inggris beliau yang begitu fasih. Yang lebih mengejutkan ketika kakak-kakak ini berbarengan bercerita tentang "Kak Ais adalah sosok yang begitu sederhana" mereka bercerita bahwa ia (Kak Ais) begitu kebingungan, masalahnya sebelum peresmian kelulusannya (wisuda) ia sudah ditawari bekerja di PriceWaterCoopers (perusahaan akuntan publik Malaysia) karena surat lamaran yang beliau submit. Ada yang mengatakan beliau dimita oracle untuk bergabung dengan perusahaan softwere itu di bidang accounting information system. Namun, beliau pun sudah tanda tangan kontrak dengan PT CIMB Niaga  Malaysia untuk bekerja di sana, yang mulai berlaku setelah beliau menyelesaikan pendidikannya di Monash University. Tapi beliau tadi sedikit menyesalkan katanya  menanggapi pertanyaan kakak tingkat mengenai konsentrasi bidang, karena beasiswa yang beliau ajukan goal di Business Administration. Sehingga gelar S.E.I (Sarjana Ekonomi Islam) beliau akan ditemani oleh M.B.A (Master of Business Administration) dua tahun lagi. Padahal katanya, beliau begitu mengidam-idamkan untuk meneruskan gelar akuntansinya. Tapi, sekali lagi "Allah yang atur" itu yang beliau sempat ucapkan "jadi insyallah yang terbaik, dek" Dan ternyata beliau pun akan disokong biaya selama kuliah S2 untuk mencukupi hidupnya disana oleh calon perusahaan yang telah melakukan kontrak kerja dengan beliau. Perusahaan itu (PT CIMB Niaga ) kabarnya akan melakukan pelebaran bidang syariah di Malaysia. "Selama di negeri orang, banyak yang harus disiapkan, dek". Kata beliau dengan bersahaja, yang masih terlintas diingatanku sesaatAsebelum beliau pergi.

Kak Udis berbisik padaku, bahwa selama Kak Ais bercerita, kak Udis mendengar sekaligus berdoa dalam hati kalau saja Kak Ais adalah calon kakak iparnya, setidaknya kaka ipar idamannya kelak bolehlah beda tipis dengan kak Ais, aku pun terbahak mendengarnya. Kak Echi pun mengatakan bahwa angkatan saya (angkt 10, "Cordova") termasuk kurang beruntung karena tidak menyaksikan sendiri perjuangan Kak Ais selama kuliah. Sayangnya saat itu kami masih menjalani matrikulasi asrama di Bogor dan belum memiliki akses yang banyak dengan kakak-kakak tingkat atas di Sentul.

Tapi, Kak Ais pun tampaknya kurang beruntung. Karena beliau gagal menyabet gelar "Best Student" kampus, yang menghadiahi setiap penyabetnya untuk berkunjung ke baitullah, karena dapet service umrah gratis dari Tazkia Tour & Travel, entitas usaha Tazkia Group, Binaan Pak Syafii juga. Pasalnya gelar itu lebih dulu disabet oleh Kak Hilman Fauzi Nugraha, S.E.I, (mahas Ekonomi Islam) karena terpaut beberapa koma dengan Kak Ais (mahasw Akuntansi Islam). Kak Hilman sekarang sibuk sebagai research assistant di IRTI IDB (Islamic Development Bank) yang digelutinya semenjak aktif di MES (Masyarakat Ekonomi Syariah). Beliau pun sempat kewalahan karena penelitian beliau jaman kuliah dulu baru mendapat calling Bank Indonesia terkait FRPS (Forum Risset Perbankan Syariah) di Makassar, tepat setelah beliau diwisuda sebagi sarjana. Jadilah Kak Hilman menjelaskan kalau dia bukan mahasiswa lagi, namun akhirnya tetap dipanggil untuk meraih penghargaan di Makassar. Beliau pun berencana sedang mengajukan beasiswa S2 di IIUM (Internasional Islamic University Malaysia)setelah menikah, gosipnya. hehe. Nama Kak Ais tidak begitu bersinar dibanding Kak Hilman, mungkin salah satunya karena hal itu.

Tapi, dari selembar pengalaman ini. Saya merasa seakan dicubit Allah dan diingatkan bahwa "You Should be Like Her. Learn More and try more, grab yours!..." itulah seakan yang dibisikkan Allah pada saya. Berawal dari pertemuan di lorong kampus hingga berakhir dengan rasa kagum yang tiada tara pada sosok sederhana nan hebat. Yang kalau dibandingkan saya "Apalah saya sekarang?, ilmu masih cetek, pengetahuan sedikit," tapi, saya harus bersemangat, seperti pesan Kak Ais tadi, "selalu ada jalan untuk setiap tetes keringat dan jerih payah". Semoga Allah melancarkan pendidikan S2 kak Ais di sana dan mengabdi dengan baik di PT CIMB Niaga Malay, dan semoga ada angin yang bakal membawanya untuk kembali ke Indonesia. Setidaknya jodohnya harus orang Indonesia, hehe.. Kalau sampai dia mendapat orang Malaysia atau Australia, yaa alamat deh beliau akan menjadi penduduk sana. Dan semoga ya semoga..saya bisa mendapat kesempatan jumpa dengan beliau lagi dilain kesempatan...aaamiiinn :)

Jadi, itulah sedikit pengalaman saya, semoga bisa diambil hikmahnya. Tiada tujuan lain, selain menjadi motivasi diri saya. Wallahualam.. :)
Syukron..
wassalam
"if you put Allah in the 1st, you will never be the Last" :)





readmore »»  

Jumat, 21 September 2012

HRWC 2012


COMMUNITY COLLEGE PENCETAK THE WHOLE QUALIFIED GENERATIONS DALAM MENDUKUNG INDONESIA SEBAGAI BAGIAN DARI THE NEXT ELEVEN (N-11) 2020
 oleh
Rysky Marlinda STEI Tazkia

Indonesia, negara kaya yang terletak di wilayah strategis dunia. Terbentang dari Sabang (Aceh) hingga Merauke (Papua). Diapit oleh dua benua, Benua Asia dan Benua Australia. Serta di antara dua samudera besar, Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Wilayah ini disebut sebagai nusantara. Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau membentang dengan beragam kekayaan hayati, tambang dan hutan bagai zambrud khatulistiwa di bumi pertiwi ini.

Kekayaan Indonesia adalah modal utamanya untuk dapat unggul di segala bidang, termasuk ekonomi. Terbukti, sejarah berbicara mengenai kecantikan dan potensi ekonomi Indonesia sejak lama. Wilayah strategis Indonesia yang telah kita bahas adalah salah satunya. Para saudagar ataupun pedagang kaya hilir-mudik di sepanjang Indonesia, yang menjadi gerbang perdagangan dunia kala itu. Hal ini membawa penduduk pribumi Indonesia sedikit banyaknya terpacu untuk mengenal sistem perdagangan, mata uang, dan produksi selangkah lebih maju. Tak hanya itu, potensi rempah-rempah Indonesia yang kaya pun tercium hingga penjuru dunia, dan mengundang hadirnya para kolonialis untuk menduduki negeri kita tercinta, Indonesia. Namun, kini Indonesia telah merdeka, mandiri dan berusaha membangun kejayaan negeri sejak 66 tahun silam.

            Setelah sekian lama, Indonesia kembali disebut dan terdengung namanya di seluruh penjuru dunia. Hal ini terkait ramalan ekonomi internasional yang memposisikan Indonesia sebagai salah satu calon raja ekonomi dunia. Selaras dengan laporan yang diungkapkan Bank Investasi Goldman Sachs pada Desember 2005. Goldman Sach menyebut bahwa Indonesia dan sepuluh negara lainnya (Bangladesh, Filipina, Iran, Korea Selatan, Meksiko, Mesir, Nigeria, Pakistan, Turki dan Vietnam), dianggap memiliki masa depan pertumbuhan ekonomi dan investasi yang gemilang hingga puncaknya pada tahun 2020-2050. Sebelas negara potensial ini kemudian dikenal namanya dengan sebutan The Next Eleven (N-11). Faktanya kini di tahun 2012, setelah kurang-lebih enam tahun, Indonesia dapat membuktikan bahwa laporan Goldman Sachs bukanlah isapan jempol belaka. Meksiko, Korea Selatan dan Indonesia masing-masing menempati peringkat 13, 15 dan 19 dalam daftar negara dengan ekonomi terbesar (versi Goldman Sachs). Produk Domestik Bruto (PDB) Meksiko dan Korea Selatan tumbuh hingga 5% per tahun, sementara Indonesia tumbuh 6,5% (sumber: Goldman Sachs study of N11 nations, Global Economics Paper No: 153, March 28, 2007).

            Melihat lebih jauh, ternyata ke-11 negara N-11 memiliki beberapa kesamaan, diantaranya: penduduk yang padat, luas wilayah yang memadai, pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata dan stabil terhadap krisis.

            Indonesia adalah pasar potensial dengan jumlah penduduk berada pada kisaran 230 juta jiwa. Luas negara kita bahkan lebih dari 3 juta km2, sungguh bukan angka yang kecil. Serta perlu diingat bahwa di tahun 2008 Indonesia tercatat sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi positif bersama Brazil dan India di tengah terpaan krisis dunia. Dan ini artinya, Indonesia benar-benar layak tercatat sebagai bagian dari kandidat raja ekonomi dunia, The Next Eleven (N-11).

            Laporan Bank Investasi Goldman Sachs tersebut seakan membawa angin segar bagi warganegara Indonesia. Hal ini membuat kita bangga dan yakin bahwa kita akan bangkit pada waktunya. Namun, kendati Goldman Sachs begitu menjagokan Indonesia sebagai bagian dari bangkitnya The Next Eleven (N-11). Institusi ini kembali memberi rambu-rambu bagi Indonesia untuk waspada. Pasalnya, meski ekonomi Indonesia besar, Indonesia masih akan masuk kategori lower middle income country. Artinya, masyarakat Indonesia belum merasakan kesejahteraan yang menyeluruh secara demografi pada tahun 2020 kelak hingga 2050. Pertanyaannya kemudian adalah mengapa?

            Banyak faktor yang memang harus kita akui sebagai salah satu probabilitas masuknya Indonesia dalam perangkap lower middle county category, yaitu yang paling utama adalah lemahnya sumber daya manusia (SDM) Indonesia secara kualitas. Meski secara kuantitas Indonesia begitu unggul.

            SDM dan pertumbuhan ekonomi bagaikan sebuah ikatan yang tak dapat dipisahkan satu sama lain. Manusia-lah penggerak roda ekonomi suatu bangsa. SDM Indonesia yang besar sebenarnya adalah potensi fantastis. Bayangkan, pada tahun 2010 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada sekitar 230 juta jiwa mayarakat Indonesia dengan total masyarakat produktif (usia 15-60 tahun) sebesar  107,7 juta jiwa. Kekayaan Indonesia yang lebih awal telah kita bahas tak akan pernah optimal diserap atau diberdayakan tanpa SDM berkualitas yang mampu mengolahnya sedemikian rupa sehingga dapat menggenjot pertumbuhan ekonomi negera. Inilah yang mampu dibuktikan China sebagai negara dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang kian gemilang. China mampu membuktikan bahwa jumlah masyarakat yang besar yaitu sekitar 1.346 juta jiwa (sumber: kontan news Januari 2012) bukanlah suatu halangan untuk menggapai kemajuan. Bahkan China seakan berusaha membukakan mata masyarakat internasional bahwa segala potensi bila mampu didayagunakan dengan baik, maka akan begitu bermanfaat dan berdaya saing tinggi. Di tengah keadaan sulit dengan masyarakat yang overpopulation, China mampu bergerak dan berinovasi tinggi. Negara dengan julukan “negeri tirai bambu” ini mengerahkan seluruh SDM-nya untuk menyebar ke segala sektor, baik perdagangan, produksi dan konsumsi. Masyarakat manula digerakkan untuk fokus pada pengolahan  obat-obatan tradisional Tiongkok yang terkenal dari dinasti ke dinasti. Anak-anak di bawah usia produktif digerakkan dalam penguasaan sains dan seni, terbukti dengan sabetan medali dalam beragam olimpiade sains yang mana China selalu menjadi rival Indonesia di bidang sains/robotika, dan seni bahasa maupun beladiri. Masyarakat usia produktif bergerak aktif dalam sektor riil, produksi dan perdagangan, misalnya teknologi terbarukan yang murah, handphone, laptop, personal computer, manufaktur dan tekstil China yang terkenal terjangkau. Sebut saja Accer, Lenovo dan lain-lain sebagai brand ternama buah karya anak bangsanya. Bahkan di bidang olahraga, para pemuda China telah terbiasa menjalani sekolah atlet yang memotivasi mereka untuk menjadi juara tingkat dunia, misalnya bulutangkis, kung fu dan wu su. Dalam hal mencetak SDM berkualitas, China patut menjadi salah satu cermin pembanding atau model untuk Indonesia mengkader atau mencetak SDM-nya sehingga bisa tangguh dalam bersaing di tengah kemajuan dunia.

            Namun sebenarnya, SDM Indonesia tidak kalah saing dengan SDM internasional secara kualitas. Banyak putra-putri terbaik bangsa mampu mengukir namanya hingga begitu harum di tingkat internasional. Sebut saja Dian Pelangi, yang rancangan busananya menembus Paris Fashion Week; Rio Haryanto yang tengah mencicipi sengitnya persaingan di GP 2, tinggal selangkah lagi untuk menembus balap mobil paling seru sejagad F1; Dalam penyelenggaraan Olimpiade Fisika Internasional terakhir di Chulalongkom University, Bangkok, Thailand, pada bulan Juli 2011, Indonesia berhasil mempertahankan tradisi medali emas melalui Erwin Wibowo dari SMAK BPK Penabur Gading Serpong. Sementara Kevin Ardian Fauzie dari SMA Santa Maria Pekanbaru meraih medali perak dan tiga lainnya meraih perunggu; Juara tinju dunia kelas bulu IBO, Daud Yordan; Mobil Esemka produksi siswa SMK Indonesia yang lulus uji emisi bahan bakar dan siap jual; Yusuf Saleh mendapat KNPI Award 2012 karena sudah banyak menorehkan prestasi yang membanggakan. Yusuf pernah meraih rangking I di Lemhanas Pemuda 2006, kemudian terjaring dalam American Council of Young Political Leader 2010 (sumber: kickandy.com/Generasi Berprestasi). Dan masih banyak lagi bukti bahwa kualitas SDM Indonesia tak kalah jika dibandingkan dengan SDM internasional yang tak dapat disebutkan satu per satu di sini semuanya.

Tapi, harus kita akui bahwa pencetakan generasi berkualitas melalui pendidikan di Indonesia belum merata, karena di samping berlimpahnya prestasi putra-putri beruntung Indonesia, tak dapat dihindari bahwa masih banyak juga anak-anak negeri yang belum mengenal perguruan tinggi, sekolah, bahkan tak mengenal baca-tulis. Sekolah yang memperihatinkan, lingkungan yang tak mendukung dan suasana belajar yang mengancam membuat mereka tak tersentuh kemajuan zaman. Inilah yang kemudian menjadi salah satu perangkap besar bertema lower middle country. Jangan sampai di tengah kemajuan Indonesia kelak, masih ada juga masyarakat kurang beruntung dengan kehidupan menyedihkan di bawah garis kemiskinan yang pendapatannya kurang dari USD 1 per hari (menurut  BPS 2010). Janganlah terjadi, di tengah kekayaan berlimpah Indonesia, ada masyarakat pribumi yang mati kelaparan, sungguh bukanlah harapan, jikalau potensi sumber daya alam Indonesia yang kaya ini kemudian diolah oleh tangan-tangan asing, sebagaimana terjadi jauh dalam sejarah kelam Indonesia ketika kaum penjajah beramai-ramai mengeruk kekayaan negeri ini, sementara masyarakat Indonesia, masyarakat pribumi “bagai ayam yang mati di atas lumbung padi”, buruh di negeri sendiri dan tak tahu mau dibawa kemana, diolah bagaimana kekayaan yang menjadi rahmat Tuhan di nusantara, Indonesia.

Melihat potensi negeri kita yang begitu dielu-elukan dunia untuk bangkit dan menjadi the next eleven (N-11), pemegang kontrol ekonomi dunia di masa depan, sungguh bukanlah hal mustahil untuk kita sedini mungkin memperbaiki diri. Dimulai dari pembentukan SDM berkualitas di seluruh Indonesia, yang kemudian kita kenal dengan istilah the whole qualified generation. Generasi berkualitas unggul yang menyeluruh dan merata, baik secara demografi maupun substansi. Sebelum membahas lebih jauh, tentu kita akan bertanya, solusi apa yang bisa kita tawarkan agar mimpi ini benar-benar menjadi kenyataan?

Solusi yang ditawarkan atas permasalahan ini adalah adanya pembentukan dan optimalisasi community college di Indonesia. Mengapa community college?

Sebagai warganegara Indonesia tentu kita masih ingat salah satu tujuan bangsa Indonesia dalam batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945, yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa.” Tujuan ini diperuntukan bagi seluruh bangsa Indonesia, tanpa terkecuali, tanpa tebang pilih. Ya, tujuan yang begitu luhur dari para pencetus kemerdekaan, pemimpin kita di masa lalu. Maka tak ada jalan lain untuk menggapai tujuan mulia ini kecuali melalui jalur pendidikan. Sementara itu, tujuan dijalankannya pendidikan sendiri bagi generasi penerus di samping untuk menunaikan tujuan bangsa, juga untuk pengembangan diri dan potensi, bekal hidup dan kehidupan dalam bekerja, mencari nafkah dan bermasyarakat. Sumber: Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), 2003:10.

Kendati demikian, mari kita amati kenyataan di lapangan yang terjadi kini. Depdiknas menyebutkan sejak 2007 angka putus sekolah generasi muda terus meningkat hingga mencapai angka 11,7 juta anak. Alasan yang paling dominan disebutkan adalah masalah kemiskinan. Ternyata biaya pendidikan di Indonesia masih terhitung tinggi bagi masyarakat Indonesia yang masuk dalam kategori kurang beruntung. Meski telah banyak kita temui sekolah gratis atau sekolah murah yang terus dicetuskan dan diusahakan pemerintah pusat maupun daerah, namun fasilitas sekolah ini masih begitu menyedihkan. Salah satunya adalah berita mengenai anak-anak SD di salah satu sekolah di Provinsi Jawa Barat yang harus belajar di lapangan karena atap sekolah yang memperihatinkan. Juga jalur menuju sekolah yang menyedihkan karena harus turut mempertaruhkan nyawa, menyeberangi jembatan-jembatan yang tak layak seberang bagi penduduk terlebih lagi anak-anak, namun tetap mereka lakukan karena tak  ada jalur terdekat dan jika harus memilih sekolah lain, maka orang tua mereka tidak memiliki kemampuan finansial yang memadai. Fakta lain di kota-kota besar, fasilitas yang begitu nyaman dan teknologi tinggi serta kurikulum yang begitu baik hadir di beragam sekolah unggulan ataupun sekolah-sekolah rintisan bertaraf internasional (RSBI). Disayangkan, untuk meraih fasilitas yang memadai tersebut tentu harga yang yang harus ditebus begitu mahal sehingga tak semua anak bangsa memiliki kesempatan meraihnya. Jikalaupun harus membayar mahal dengan bersekolah di sekolah unggul atau bahkan RSBI, maka anak-anak yang berasal dari keluarga menengah ke bawah secara finansial masih harus berfikir panjang untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi semisal perguruan tinggi (PT) atau bekerja. Namun, untuk mendapat pekerjaan setelah tamat sekolah, biasanya tamatan sekolah umum merasa kurang pembekalan secara praktik, karena di sekolah-sekolah umum fokus pembekalan pendidikan lebih dominan kepada teori dan konseptual, sedangkan praktik untuk langsung terjun ke lapangan masih rendah. Hal ini-lah yang mendorong mereka untuk kembali melanjutkan pendidikan ke PT atau mengambil kursus tambahan. Tapi kedua pilihan ini menawarkan hal yang sama, yaitu biaya. Hal ini biasanya membuat mereka menyerah sehingga memilih untuk menganggur atau malah menikah dini dikarenakan skill yang minim.

Setelah membaca gambaran tersebut, mari kita kembali kepada solusi atas jawaban permasalahan di atas serta menjawab tantangan akan penyediaan the whole qualified generation, yaitu menghadirkan konsep community college di Indonesia.

Community college adalah institusi pendidikan yang menyiapkan pembekalan secara praktik atau dikenal sebagai life skill kepada para peserta didiknya. Masa pembekalan pada community college terhitung singkat, hanya dua tahun saja. Tamatan community college dipersiapkan untuk menjadi tenaga kerja siap pakai. Biaya pendidikan pada community college tergolong murah jika dibandingkan dengan universitas. Hal ini dapat membantu menyongsong kembali semangat generasi penerus yang berasal dari keluarga dengan finansial menengah ke bawah untuk kembali melanjutkan pendidikannya dan menjadi generasi harapan.

Di banyak negara maju seperti Amerika dan Inggris, pengembangan community college disokong oleh masyarakat lokal bekerja sama dengan pemerintah, sehingga kurikulum yang diterapkan pada community college tersebut selaras dengan kebutuhan masyarakat setempat. Inilah yang akan mendorong perkembangan daerah, karena setiap daerah langsung memiliki tenaga kerja siap pakai yang memadai dalam membangun daerahnya. Sedikit berbeda jika putra-putri daerah terpaksa merantau untuk mengenyam pendidikan di sebuah lembaga di pusat kota, sehingga setelah tamat, mereka lebih memutuskan untuk bekerja di kota tersebut tanpa memilih untuk kembali dan membangun daerahnya.

Konsep community college yang telah dijelaskan inilah yang akan mendorong lahirnya the whole qualified generation, generasi unggul secara menyeluruh, baik demografi dan substansi yang telah disebutkan di bagian awal. Secara demografi, community college yang dibangun di setiap wilayah/daerah menyebabkan adanya pengembangan daerah tersebut karena memiliki SDM yang siap pakai untuk memajukan daerah. Pendidikan akan merata dan selaras dengan potensi daerah. Daerah yang kaya akan SDA yang potensial di bidang pertanian memerlukan SDM yang cakap dan kompetitif di bidangnya. Daerah yang unggul dalam sektor perdagangan akan memerlukan tenaga terlatih untuk menjalankannya.

Menyeluruh secara subtantif artinya, community college juga selaras dengan tujuan dilaksanakannya pendidikan, yaitu setiap peserta didik menjadi insan mandiri dan memperoleh pembekalan agar siap dalam dunia kerja, dan masyarakat. Community college juga dapat menjadi jembatan bagi para peserta didik untuk dapat melanjutkan jenjang  yang lebih tinggi nantinya, misalnya meneruskan ke universitas. Hal ini dilakukan jika para peserta didik merasa perlu mendalami ilmu secara teori dan konsep yang lebih dalam. Sehingga dapat menjadi generasi yang the whole qualified.

Konsep ini terbukti berhasil diterapkan di berbagai negara maju maupun berkembang, sebut saja Inggris, Amerika, Australia, Malaysia dan Filipina. Bagaimana dengan Indonesia? Jawabannya, mungkin saja Indonesia bisa lebih sukses menerapkannya, karena konsep community college ini serupa dengan konsep Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia. Keduanya lebih mengedepankan pembekalan secara praktik dengan durasi pembekalan yang pendek. Namun community college akan lebih sempurna lagi dengan adanya sinergisitas berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan di Indonesia (Lemdiklat), sebagaimana disebutkan (Indra Djati Sidi, 2002:25):
       Tempat diklat community college dapat diselenggarakan di beberapa kampus sesuai dengan potensi unggulan yang dimiliki oleh masing-masing Lemdiklat (SMA, SMK, universitas, politeknik), misalnya keahlian budidaya anggrek di industri kecil anggrek, keahlian komputer di SMA, keahlian sekretaris di SMK, keahlian otomotif di BLK, keahlian dakwah di MA, dan lain sebagainya. Dengan demikian Lemdiklat yang telah melakukan rintisan menjadi pusat pendidikan dan pelatihan kejuruan merupakan lembaga potensial untuk menjadi leading sector dari community college, dan merupakan aset yang dapat berfungsi sebagai mitra pemerintah daerah dalam mempersiapkan calon tenaga kerja terampil yang memiliki kecakapan hidup.

            Berdasarkan paparan tersebut sudah tidak diragukan lagi bahwa community college adalah salah satu solusi pembentukan generasi berkualitas bagi Indonesia.

            Hanya sebagai contoh kecil, jika ditanya apa kesamaan yang dimiliki Tom Hanks, Clint Eastwood, Walt Disney, George Lucas, Venus Williams dan Robin Williams? Jawabannya, mereka semua adalah alumni dari community college di Amerika. (sumber: DPT community college Indonesia)

            Demi menggapai mimpi kemajuan, sungguh dukungan penuh bagi pengembangan community college sebagai solusi pencetak the whole qualified generation ini sangat diharapkan datang dari tiga sektor utama dalam negara, yaitu sinergisitas pemerintah pusat maupun daerah, masyarakat lokal, dan generasi muda itu sendiri. Sehingga, jika SMK mampu menghasilkan sang generasi yang terampil menciptakan mobil made in Indonesia ESEMKA, maka tak dapat dibayangkan keajaiban apa yang akan terjadi bila konsep community college yang mensinergikan beragam Lemdiklat termasuk SMK di dalamnya benar-benar direalisasikan. Inilah yang diyakini akan mencetak the whole qualified generation bagi Indonesia. Sehingga tanpa keraguan, kita bangsa Indonesia dapat dengan bangga mengatakan bahwa Indonesia-lah salah satu raja ekonomi dunia dengan kualitas SDM yang handal dan SDA yang berlimpah. Indonesia siap menuju The Next Eleven (N-11) 2020 bagi dunia.

       Jika dunia yakin pada Indonesia, mengapa kita sebagai warganegara Indonesia ragu akan kemampuan negeri sendiri sebagai calon raja ekonomi dunia? Ayo dukung pemerintah dan ber-aksi-lah dengan nyata sebagai pemuda dan generasi Indonesia di masa depan, yakin Indonesia BISA!

Konsep community college digambarkan secara sederhana melalui bagan di bawah ini:



readmore »»