طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ #menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim# اطْلُبُوْا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ #tuntutlah ilmu walau hingga ke negeri Cina#

Jumat, 17 Februari 2012

Apa Kabar Indonesia di 2050?



Ya, apa kabar negara kita di 2050? Dihitung mungkin terlalu jauh menatap 48 tahun ke depan dengan lantang bagi negara yang masih sedikit-banyak merangkak untuk terus tumbuh. Tapi, sesuatu akan menjadi besar jika ia memiliki harapan besar, mimpi, bahkan cita-cita besar. Lini yang akan jadi titik pijak tulisan ini adalah bidang yang sedang saya geluti; ekonomi, ya, ekonomi syariah atau istilah sekarang "Ekonomi Islam". Kenapa ini menarik? Hal ini menjadi menarik karena bergulirnya isu bahwa" the conventional system starts to bury themselves". Sedang kini, pesona syariah kian memikat hati dunia bahkan negara-negara biru yang kian meruntuhkan keyakinannya terhadap "the invisible hand". Gelagat "free Riba" yang ditawarkan system syariah serta "great to be partnership" adalah good offering yang kian ditebar oleh Ekonomi Syariah/Ekonomi Islam masa kini.

Kembali menilik 2050, siapa yang akan menjadi rajanya ekonomi di 2050? Januari lalu, Karen Ward, ekonom senior HSBC internasional memperbaharui laporan yang dibuatnya setahun lalu, "The World in 2050: Quantifying the Shift in The Global Economy". Dalam revisinya itu, 100 negara diramalkan akan memimpin ekonomi dunia. Situasi akan berbalik di 48 tahun ke depan karena diperkirakan advance economy tidak lagi akan memimpin, justru emerging markets. Bersumber dari majalah Sharing yang saya baca, Ward dan tim research development HSBC menempatkan 19 negara berkembang dalam 30 pemimpin ekonomi dunia pada 2050. Siapa mereka? ya, pasti anda telah bisa menebak the top position will be taken by BRIC (Brazil, Rusia, India and China)plus ASEAN akan selalu mengiring sebagai calon pemimpin ekonomi dunia di masa datang.

China diprediksi menempati nomor 1, India di peringkat 3, Brazil pada posisi 7 dan Indonesia di peringkat 17 serta negeri jiran diprediksi diperingkat 21 diikuti Arab Saudi pada satu tangga di bawahnya.

Apa yang menjadi tolak ukur?

1) Demografi akan sangat berpengaruh
Demografi akhirnya menjadi penentu. China misalnya, kini populasinya berkisar 1.362 dan diperkirakan akan mencapai 1.426 (2050). Ini akan berpengaruh pada pendapatan per kapita (GDP) USD 2.579 menjadi 17.759. Maka economic size pun melonjak dari USD 3.511 M menjadi 25.334 M (harga konstan USD 2000) (sumber: majalah sharing feb 2012)
Namun sebenarnya pertumbuh penduduk produktif China jauh lebih kecil dibanding Arab Saudi yang berada pada level 70% hingga 2050. Namun human capital dan economic governance lebih berpengaruh. China memiliki kebijakn ekonomi agresif dan human capital yang beragam kapabilitasnya dan begitu dimaksimalkan negara sehingga 40% masyarakat China bekerja di bidang pertanian sesuai kapabilitasnya, sisanya berada dan menggeluti dunia bisnis di level UMKM hingga korporasi. Sehingga China tetap menempati klasmen puncak sedang Arab Saudi di posisi 22.

Bagaimana dengan negara kita?
sangat menarik, ward memprediksi bahwa lonjakan tinggi akan dialami negara kita (Indonesia)dalam hal pendapatan per kapita yang tadinya berada di posisi USD 274 menjadi USD 1.502 (2050), hingga dapat berada di peringkat ke-17 sebagai pemimpin ekonomi dunia pada 2050.
Tak harus mempercayai prediksi ini. Namun boleh juga dijadikan indikasi karena growth pattern yang disusun oleh Ward. Hal inilah yang memberi pandangan bagi kita bahwa potensi itu ada di Indonesia. Populasi Indonesia menduduki posisi ke-4 (237 juta)terbesar di dunia dengan jumlah penduduk produktif 133juta (prediksi lembaga riset global RAND). Lagi-lagi diperkirakan pada 2050 , data PBB yang dielaborasi Ward menyebut, populasi Indonesia bisa saja mencapai 288 juta jiwa dengan penduduk produktif mencapai 153 juta jiwa di 2050.

2)Potensi Ekonomi Syariah
Di Indonesia jumlah penduduk muslim kurang lebih 80% dari total penduduk dan 57% adalah penduduk produktif itu artinya jika kita korelasikan dengan data BPS 2010 mencatat UMKM di Indonesia mencapai angka 52 juta, dan menyumbang sebesar 54 % pada GDP kemudian mampu menyerap 99% tenaga kerja. Maka bercermin pada growth pattern Ward bahwa demografi bisa menjadi acuan, maka UMKM lah yang menjadi andalan Indonesia di masa datang. Karena 99% penduduk produktif ada di sana, kita boleh melihat raksasa Asia semisal China yang mampu menggenjot secara optimal demografinya sebagai andalan.

Bicara mengenai Ekonomi Syariah, maka Islamic Microfinance adalah salah satu kekuatan ekonomi syariah Indonesia. Menurut Prof Dr. Humayon Dar, pakar ekonomi syariah asal Inggris mengatakan bahwa Indonesia akan menjadi pemimpin keuangan syariah dunia pada 2023 (majalah sharing edisi feb 2012)andalannya adalah sama yaitu,populasi. Ya, kekuatan sektor riil Indonesia di masa depan ada di UMKM, sedang sektor keuangannya ada di keuangan mikro. Dan di sanalah ekonomi syariah dapat mengambil peran. Sebagai contoh misalnya BMT ( Baitul Maal waa Tamwil) di Indonesia yang kian ramai dan tumbuh bahkan diyakini dapat menjadi soko guru perekonomian Indonesia di masa datang sebagai wajah baru koperasi yang goes to national. Wallahuaalam Bisawab...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar